Umayyah
DINASTI UMAYAH
A. SEJARAH BERDIRINYA DAN POLA PEMERINTAHAN
Bani Umayyah (bahasa Arab: بنو أمية, Banu Umayyah, Dinasti Umayyah) atau Kekhalifahan Umayyah, adalah kekhalifahan Islam pertama setelah masa Khulafaur Rasyidin yang memerintah dari 661 sampai 750 di Jazirah Arab dan sekitarnya (beribukota di Damaskus) ; serta dari 756 sampai 1031 di Kordoba, Spanyol sebagai Kekhalifahan Kordoba. Nama dinasti ini dirujuk kepada Umayyah bin 'Abd asy-Syams, kakek buyut dari khalifah pertama Bani Umayyah, yaitu Muawiyah bin Abu Sufyan atau kadangkala disebut juga dengan Muawiyah I. Masa ke-Khilafahan Bani Umayyah hanya berumur 90 tahun yaitu dimulai pada masa kekuasaan Muawiyah bin Abu Sufyan, yaitu setelah terbunuhnya Ali bin Abi Thalib, dan kemudian orang-orang Madinah membaiat Hasan bin Ali namun Hasan bin Ali menyerahkan jabatan kekhalifahan ini kepada Mu’awiyah bin Abu Sufyan dalam rangka mendamaikan kaum muslimin yang pada masa itu sedang dilanda bermacam fitnah yang dimulai sejak terbunuhnya Utsman bin Affan, pertempuran Shiffin, perang Jamal dan penghianatan dari orang-orang Khawarij dan Syi'ah, dan terakhir terbunuhnya Ali bin Abi Thalib.sepeninggal ali bin abi thalib, gubernur syam tampil sebagai penguasa islam yang kuat. Masa kekuasaannya merupakan awal kedaulatan bani ummayah. Muawiyah bin abu sufyan ibn adalah pembangun dinasti bani ummayah dan sekaligus menjadi khalifah pertama.ia memindahkan ibukota kekuasaan islam dari kuafah ke damaskus.pada umumnya sejarawan memandang negatif terhadap muawiyah, keberhasilanya memperoleh legalitas atas kekuasaanya dalam perang saudara di sifin dicapai melalui cara arbitasi yang curang. Lebih dari itu muawiyah juga dituduh sebagai penghianat prinsip prinsip demokrasi yang diajarkan islam, karena diaalah yang mula-mula mengubah pimpinan negara dari seorang yang dipilih oleh rakyat mejadikekuasaan raja yang diwariskan turun temurun.diatas segala-galanya bila dilihat dari sikap dan prestasi politiknya yang menakjubkan sesungguhnya muawiyah adalah seorang pribadi yang paripurna dan pemimpin besar yang berbakat. Didalam dirinyas terkumpul sifat-sifat seorang penguasa politikus ndan administrator.keberhasilan muawiyah mendirikan dinasti umayah bukan hanya akibat dari kemenagan diplomasi disifin dan terbunuhnya khalifah Ali saja dari sejak semula gubernur suria itu memiliki baris rasional yang sliod bagi landasan ppembangunan politiknya dimasa depan.
Pertama adalah berupa dukungan yang kuat dari rakyat suriah dan keluarga bani umayah sendiri penduduk suriah yang lama diperintah oleh mauwiyah mempunyai ketentarraan yang kokoh, terlatih dan disiplin digaris depan dalam peperangan melawan romawi. Mereka bersama-sama dengan kelompok bangsawan kaya mekah dari keturunan umayah berada sepenuhnya dibelakang muawiyahdan memasoknya dengan sumber kekuatan yang tidak ada habis-habisnya, baik moral, tenaga manusia maupun kekayaan. Negri suriah sendiri terkenal makmur dan menyimpan sumber daya alam yang melimpah, ditambah dengan bumi mesir yang berhasil dirampas maka sumber kemakmuran dan suplai bertambah lagi bagi Muawiyah.Kedua sebagai seorang administrator muawiyah muawiyah sangat bijaksana dalam menempatkan para pembantunya pada jabatan penting. Tiga orang patutlah mendapat perhatian khusus yaitu amr ibn as,mugirah ibn syu’bah, dan ziyad ibn abihi. Ketigan orang ini pembantu ini merupakan empat politikus dikalanagan muslim arab.Ketiga muawiyah memiliki kemampuan menonjol sebagai negarawan sejati, bahkan mencapai tingkat “hilm” sifat tertinggi yang dimilikki oleh para pembesar mekah zaman dahulu.seorang manusia hilm seperti muawiyah dapat menguasai diri secara mutlak dan mengambil keputusan keputusan yang meentukan meskipun ada tekanan dan intimidasi. Situasi ketika muawiyah naik ke kursi kekhalifahan mengundang bsnyak kesulitan , anarkisme tidak dapat lagi dikendalikan oleh ikatan agama dan moral sehingga hilanglah persatuan umat.
B. PARA KHALIFAH BANI UMAYAH
Dinasti bani umayah berkuasa hampir satu abad, tepatnya 90tahun dengan 14 khalifah. Dimulai oleh muawiyah dan ditutup oleh marwan ibn muhamad, diantara mereka ada pemimpin-pemimpin besar yang berjasa didalam berbagai bidang sesuai dengan kehendak zamannya. Sebaliknya ada pula khalifah yang tidak patut dan lemah. Adapun urutan khalifah ummayah sebagai berikut :
- 41H/661M Muawiyah 1 (ibn abu sufyan)
- 60H/680M Yazid1 (ibn muawiyah)
- 64H/683M Muawiyah2 (ibn yazid)
- 65H/685M Marwan1(ibn hakam)
- 65H/685M Abdul Malik Ibn Marwan
- 86H/705M AL Walid1 (Ibn Abdul Malik)
- 96H/715M Sulayman Ibn Abdul Malik
- 99H/717M Umar Ibn Abdul Aziz
- 101H/720M Yazid II Ibn Abdul Malik)
- 105H/724M Hisyam Ibn Abdul Malik
- 125H/743M Al-Walid II 9IN Yazid II)
- 126H/744M Ibrahim Ibn Al-Walid II
- 127-132H/744-750M Marwan II ibn Muhamad
Empat orang memegang kekuasaan selama 70tahun yaitu: Muawiyah,Abdul Malik, Al-Walid1, dan Hisyam. Sedangkan sepuluh khalifah sisanya hanya merintah selama 20 tahun saja. Para pencatat sejarah umumnya setuju bahwa khalifah-kahlifah terbesar mereka ialah :Muawiyah, Abdul Malik, dan Umar ibn Abdul Aziz.
Muawiyah adalah bapak pendiri dinasti umayah dialah pembangun yang besar. Namanya disejajarkan dalam deretan khulafaurasydin, bahkan kesalahannya menghianati Prinsip pemilihan kepala Negara oleh rakyat dapat dilupakan orang karena jasa-jasa dan kebijaksanaan politiknya yang mengagumkan. Muawiyah mendapat kursi kekalifahan setelah hasan ibn ali ibn Abi thalib berdamai dengannya pada tahun 41H. Umat islam sebagiannya membaiat Hasan setelah ayahnya itu wafat. Namun hasan menyadari kelemahannya sehingga ia menyerahkan kepemimpinan umat kepada muawiyah sehingga tahun itu dinamakan ‘amul jama’ah’tahun persatuan. Muawiyah menerima kekalifahan dengan syarat-syarat yang diajukan oleh Hasan :
Agar muawiyah tidak menaruh dendam pada seorangpun penduduk irak
Menjami keamanan dan memaafkan kesalahan-kesalahan mereka Agar pajak tanah negeri ahwas diperuntukan kepadanya dan diberikan tiap tahun
Agar muawiyah membayar kepaa saudaranya 2 juta Dirham
Pemberian kepad bani hasyim haruslah lebih banyak dari pemberian kepada bani abdis syams.
Muawiyah dibaiat uma islam dikufah sedangkan hasan dan Husain dikembalikan ke madinah. Hasan wafat dikota nabi itutaahun 50H. diantara jasa-jasa muawiyah ialah mengadakan dinas pos kilat dengan menggunakan kuda-kuda yang selalu siap di tiap pos. ia juga berjasa mendirikan kantor cap (percetakan mata uang) dan lain-lain. Muawiyah wafat tahun 60H. karena sakit dan digantikan oleh anaknya, yazid yang telah ditetapkannya sebagai putra mahkota sebelumnya. Ketika Yazid bin Muawiyah naik tahta, sejumlah tokoh terkemuka di Madinah tidak mau menyatakan setia kepadanya. Yazid bin Muawiyah kemudian mengirim surat kepada gubernur Madinah, memintanya untuk memaksa penduduk mengambil sumpah setia kepadanya. Dengan cara ini, semua orang terpaksa tunduk, kecuali Husain bin Ali Ibnul Abu Thalib dan Abdullah bin Zubair Ibnul Awwam. Bersamaan dengan itu, kaum Syi'ah (pengikut Abdullah bin Saba’ al-Yahudi) melakukan konsolidasi (penggabungan) kekuatan kembali, dan menghasut Husain bin Ali melakukan perlawanan. Yazid tidak skuat ayahnya dalam memerintah banyak tantangan yang dihadapinya antara lain ialah membereskan kau syi’ah yang telah membaiat Husein sepeninggal Muawiyah. Terjadi perang dikarbela yan menyebabkan terbunuhnya Husein, cucu nabi Muhamad SAW.yazid menghadapi para pemberontak di Makkah dan Madinah dengan keras.dinding ka’bah runtuh dikarenakan terkena lemparan manjaniq, alat pelempar batu kearah lawan peistiwa tersebut merupakan aib besar pada masanya. Penduduk memberontak terhadap yazid dan memecatnya dan kemudian mengangkat Abdullah ibn Hanzallah dari kaum ansar. Merka juga memenjaraka kaum umaiyahdan mengusirnya dari kota suci kedua bagi umat islam itu. Sehingga menyebabkan terjadinya bentrok fisik antara kedua belah pihak. Peperangan itu terjadi di al harrah yang dimenangkan oleh asukan yazid, pada tahun 63H. PenduduK Makkah lain lagi keadaaannya, sebgaian dari mereka membaiat Abdullah ibn zubair sebagai khalifah.maka pasukan yazid meneruskan perjalanan ke Makkah untuk menguasaianya. Abdullah ibn Zubair selamat dari gempuran pasukan yazid karena ada bahwa yazid mangkat sehingga ditariklah pasukannya ke suriah.tetapi kota Makkah menjadi pora poranda akibat perlakuan pasukan yazid.yazid meninggal pada tahun 64H. setelah memerintah selama 4 tahun dan digantikan oleh Muawiyah II.ia hanya memerintah kurang lebih 40 hari setelah meletakan jabatan sebagai khalifah sebelum wafat 3 bulan.ia mengalami tekanan jiwa berat karena tidak mampu memikul tanggung jawab jabatan khalifah yang besar itu.
C. SISTEM KEMILITERAN.
Kemajuan masa pemerintahan dinasti bani umayah yang paling menonjol adalah dibidang kemiliteran. Selama peperangan dengan militer romawi pasukan arab mengambil tehnik kemiliteran mereka dan memadukannya dengan sistem pertahanan yang telah dimdiliki sebelumnya. Pasukan islam mendirikan tenda-tenda yang terdiri dari 2-4 pintu dengan perlindungan benteng dan parit. Kufah dan basroh merupakan basis militer untuk wilayah timur, formasi kekuatan pasukan muslim terbagi dua barisan: Barisan depan dan barisan belakang. Seluruhnya terdiri lima lapisan, yakni satu lapisan pusat,dua lapisan pasukan sayap,lapisan penyerbu, dan lapisan pertahanan. Kekuatan pasukan dinasti umayah ini telah mencatat sukses-sukses besar dalam tugas-tugas ekspansi. Kemajuan kekuatan militer pada masa ini juga ditandai dengan terbentuknya angkatan laut islam oleh Muawiyah.ia mengarahkan para pakar kelautan untuk mrancang pembuatan galangan perkapalan dipantai Syria.
D. SITUASI SOSIAL
Terdapat empat kelompok masyarakat, yakni Arab muslim, Mawalli, non Muslim,dan kelompok budak. Kelompok Arab-muslim menduduki kelas social tertinggi disebabkan karena mereka sebagai kelompok pendatang yang berkuasa, juga dikarenakan system aristokrasi.namun pada prinsipnya mereka semua mendapat perlindungan hak-hak secara penuh sehingga mereka dapat hidup dengan tenang dan damai.perbedaan yang menonjol adalah dlam hal beban kewajiban pajak. Hamper dikatakan tidak ada perselisihan antar agama, yang muncul adalah perselisihan antar suku, khususnya antara kelompok Arab Mudariyah dengan kelompok Arab Himyariyah.kelas social terbawah diduduki kelompok budak.ajaran islam yang disebarkan nabi Muhamad menganjurkan kemerdekaan budak.
E. SISTEM PENDIDIKAN
Nabi muhamad tidak hanya meenganjurkan kegiatan penidikan,melainkan beliau juga menjadikan pendidikan sebagai media penyebara ajaran agama. Nabi muhamad menatar instructor lalu mengirimkan Keberbagai penjuru arab.Khulafauraydin mengkuti jejek nabi Muhamad dan megembangkan cakupan pendidikan.selama masa itu cabang pendidika meiputi : tafsir, hadits, fiqh, dan pendidikan santri pra islam. Dan cabangpendidikan berkembang banyak pada masa dinasti umayah seperti : pendidikan sejarah, tata bahasa, geografi, dan berbagai sains.pada masa awal dinasti ini hanya terdapat satu lembaga pendidikan dibadira (perkampungan dekat madinah) dimana kalangan bangsa arab daari berbagai penjuru dating mempelajari pembacaan bahasa dan syair.mereka juga diajari berenang, memanah dan merangkak. Orang-orang terpelajar disaat itu disebut “KAMIL”. Lama kelamaan semakin brkembang dan masyarakat umum terlibat dalam kegiatan pendidikan dan selanjutnya diperkenalkan tata tertib mempelajari kitab suci Al-qur’an dan diperkenankan juga penunjukan guru privat untuk member pelajaran di rumah-rumah. Basrah dan kufah merupakan pusat budaya arab, sehingga kedua kota ini dipandang sebagai cikal bakal perkembangan peradaban arab.Khalil ibn ahmad adalah penduduk basrah pertaa yang menyusun kamus bahasa arab,pada masa ini riwayat hadis nabi mulai dikumpulkan diantara pengumpul riwayat hadis yang tersohor adalah Hasan Al basri dan Syihab al jauhari.umat islam pada masaini juga giat mempelajari sejarah kehidupan nabi muhamad.
F. KEMAJUAN ARSITEKTUR
Penguasa dinasti umayah pada umumnya mahir dalam seni arsitektur, mereka mencurahkan perhatiaanya demi kemajuan bidang ini hasilnya adalah sejumlah bangunan megah, Masjid baitul maqdis diyerusalem,yang terkenal dengan kubah batunya(qubah al-sakhra) didirikan pada masa Abdul malik pada tahun 691M.ia adalah masjid pertama yang ditutup dengan kubah diatasnya. Dan juga masjid al-aqsa ynag tidak kalah tinggi arsitekturnya sebuah masjid terindah yang terdapat didamaskus yang didirikan oleh walid ibn abdul aziz.ia juga merehap masjid Madinah diantara beberapa monument peninggalan umayah yangterkenal adalah istana qusayr Amrah.istana ini terbuat dari batu kapur yang berwarna kuning kemerah-merahan.
G. EKSPANSI WILAYAH
Pada masa Muawiyah bin Abu Sufyan perluasan wilayah yang terhenti pada masa khalifah Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib dilanjutkan kembali, dimulai dengan menaklukan Tunisia, kemudian ekspansi ke sebelah timur, dengan menguasai daerah Khurasan sampai ke sungai Oxus dan Afganistan sampai ke Kabul. Sedangkan angkatan lautnya telah mulai melakukan sera serangan-serangan ke ibu kota Bizantium, Konstantinopel. Sedangkan ekspansi ke timur ini kemudian terus dilanjutkan kembali pada masa khalifah Abdul Malik bin Marwan. Abdul Malik bin Marwan mengirim tentara menyeberangi sungai Oxus dan berhasil menundukkan Balkanabad, Bukhara, Khawarizm, Ferghana dan Samarkand. Tentaranya bahkan sampai ke India dan menguasai Balukhistan, Sind dan daerah Punjab sampai ke Maltan.
Ekspansi ke barat secara besar-besaran dilanjutkan di zaman Al-Walid bin Abdul-Malik. Masa pemerintahan al-Walid adalah masa ketenteraman, kemakmuran dan ketertiban. Umat Islam merasa hidup bahagia. Pada masa pemerintahannya yang berjalan kurang lebih sepuluh tahun itu tercatat suatu ekspedisi militer dari Afrika Utara menuju wilayah barat daya, benua Eropa, yaitu pada tahun 711 M. Setelah Aljazair dan Maroko dapat ditundukan, Tariq bin Ziyad, pemimpin pasukan Islam, dengan pasukannya menyeberangi selat yang memisahkan antara Maroko (magrib) dengan benua Eropa, dan mendarat di suatu tempat yang sekarang dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Thariq). Tentara Spanyol dapat dikalahkan. Dengan demikian, Spanyol menjadi sasaran ekspansi selanjutnya. Ibu kota Spanyol, Cordoba, dengan cepatnya dapat dikuasai. Menyusul setelah itu kota-kota lain seperti Seville, Elvira dan Toledo yang dijadikan ibu kota Spanyol yang baru setelah jatuhnya Cordoba. Pasukan Islam memperoleh kemenangan dengan mudah karena mendapat dukungan dari rakyat setempat yang sejak lama menderita akibat kekejaman penguasa.
Di zaman Umar bin Abdul-Aziz, serangan dilakukan ke Perancis melalui pegunungan Pirenia. Serangan ini dipimpin oleh Aburrahman bin Abdullah al-Ghafiqi. Ia mulai dengan menyerang Bordeaux, Poitiers. Dari sana ia mencoba menyerang Tours. Namun, dalam peperangan yang terjadi di luar kota Tours, al-Ghafiqi terbunuh, dan tentaranya mundur kembali ke Spanyol. Disamping daerah-daerah tersebut di atas, pulau-pulau yang terdapat di Laut Tengah (mediterania) juga jatuh ke tangan Islam pada zaman Bani Umayyah ini.
Dengan keberhasilan ekspansi ke beberapa daerah, baik di timur maupun barat, wilayah kekuasaan Islam masa Bani Umayyah ini betul-betul sangat luas. Daerah-daerah itu meliputi Spanyol, Afrika Utara, Syria, Palestina, Jazirah Arab, Irak, sebagian Asia Kecil, Persia, Afganistan, daerah yang sekarang disebut Pakistan, Turkmenistan, Uzbekistan, dan Kirgistan di Asia Tengah.
Disamping ekspansi kekuasaan Islam, Bani Umayyah juga banyak berjasa dalam pembangunan di berbagai bidang. Muawiyah bin Abu Sufyan mendirikan dinas pos dan tempat-tempat tertentu dengan menyediakan kuda yang lengkap dengan peralatannya di sepanjang jalan. Dia juga berusaha menertibkan angkatan bersenjata dan mencetak mata uang. Pada masanya, jabatan khusus seorang hakim (qadhi) mulai berkembang menjadi profesi tersendiri, Qadhi adalah seorang spesialis dibidangnya. Abdul Malik bin Marwan mengubah mata uang Bizantium dan Persia yang dipakai di daerah-daerah yang dikuasai Islam. Untuk itu, dia mencetak uang tersendiri pada tahun 659 M dengan memakai kata-kata dan tulisan Arab. Khalifah Abdul Malik bin Marwan juga berhasil melakukan pembenahan-pembenahan administrasi pemerintahan dan memberlakukan bahasa Arab sebagai bahasa resmi administrasi pemerintahan Islam. Keberhasilan ini dilanjutkan oleh puteranya Al-Walid bin Abdul-Malik (705-715 M) meningkatkan pembangunan, diantaranya membangun panti-panti untuk orang cacat, dan pekerjanya digaji oleh negara secara tetap. Serta membangun jalan-jalan raya yang menghubungkan suatu daerah dengan daerah lainnya, pabrik-pabrik, gedung-gedung pemerintahan dan masjid-masjid yang megah.
Meskipun keberhasilan banyak dicapai daulah ini, namun tidak berarti bahwa politik dalam negeri dapat dianggap stabil. Pada masa Muawiyah bin Abu Sufyan inilah suksesi kekuasaan bersifat monarchiheridetis (kepemimpinan secara turun temurun) mulai diperkenalkan, dimana ketika dia mewajibkan seluruh rakyatnya untuk menyatakan setia terhadap anaknya, yaitu Yazid bin Muawiyah. Muawiyah bin Abu Sufyan dipengaruhi oleh sistem monarki yang ada di Persia dan Bizantium, istilah khalifah tetap digunakan, namun Muawiyah bin Abu Sufyan memberikan interprestasi sendiri dari kata-kata tersebut dimana khalifah Allah dalam pengertian penguasa yang diangkat oleh Allah.Dan kemudian Muawiyah bin Abu Sufyan dianggap tidak mentaati isi perjanjiannya dengan Hasan bin Ali ketika dia naik tahta, yang menyebutkan bahwa persoalan penggantian kepemimpinan diserahkan kepada pemilihan umat Islam. Deklarasi pengangkatan anaknya Yazid bin Muawiyah sebagai putera mahkota menyebabkan munculnya gerakan-gerakan oposisi di kalangan rakyat yang mengakibatkan terjadinya perang saudara beberapa kali dan berkelanjutan.
Husain bin Ali sendiri juga dibait sebagai khalifah di Madinah, Pada tahun 680 M, Yazid bin Muawiyah mengirim pasukan untuk memaksa Husain bin Ali untuk menyatakan setia, Namun terjadi pertempuran yang tidak seimbang yang kemudian hari dikenal dengan Pertempuran Karbala, Husain bin Ali terbunuh, kepalanya dipenggal dan dikirim ke Damaskus, sedang tubuhnya dikubur di Karbala sebuah daerah di dekat Kufah.
Kelompok Syi'ah sendiri bahkan terus melakukan perlawanan dengan lebih gigih dan diantaranya adalah yang dipimpin oleh Al-Mukhtar di Kufah pada 685-687 M. Al-Mukhtar (yang pada akhirnya mengaku sebagai nabi) mendapat banyak pengikut dari kalangan kaum Mawali (yaitu umat Islam bukan Arab, berasal dari Persia, Armenia dan lain-lain) yang pada masa Bani Umayyah dianggap sebagai warga negara kelas dua. Namun perlawanan Al-Mukhtar sendiri ditumpas oleh Abdullah bin Zubair yang menyatakan dirinya secara terbuka sebagai khalifah setelah Husain bin Ali terbunuh. Walaupun dia juga tidak berhasil menghentikan gerakan Syi'ah secara keseluruhan.
Abdullah bin Zubair membina kekuatannya di Mekkah setelah dia menolak sumpah setia terhadap Yazid bin Muawiyah. Tentara Yazid bin Muawiyah kembali mengepung Madinah dan Mekkah. Dua pasukan bertemu dan pertempuran pun tak terhindarkan. Namun, peperangan ini terhenti karena taklama kemudian Yazid bin Muawiyah wafat dan tentara Bani Umayyah kembali ke Damaskus.
Perlawanan Abdullah bin Zubair baru dapat dihancurkan pada masa kekhalifahan Abdul Malik bin Marwan, yang kemudian kembali mengirimkan pasukan Bani Umayyah yang dipimpin oleh Al-Hajjaj bin Yusuf ats-Tsaqafi dan berhasil membunuh Abdullah bin Zubair pada tahun 73 H/692 M.
Setelah itu gerakan-gerakan lain yang dilancarkan oleh kelompok Khawarij dan Syi'ah juga dapat diredakan. Keberhasilan ini membuat orientasi pemerintahan Bani Umayyah mulai dapat diarahkan kepada pengamanan daerah-daerah kekuasaan di wilayah timur (meliputi kota-kota di sekitar Asia Tengah) dan wilayah Afrika bagian utara, bahkan membuka jalan untuk menaklukkan Spanyol (Al-Andalus). Selanjuytnya hubungan pemerintah dengan golongan oposisi membaik pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul-Aziz (717-720 M), dimana sewaktu diangkat sebagai khalifah, menyatakan akan memperbaiki dan meningkatkan negeri-negeri yang berada dalam wilayah Islam agar menjadi lebih baik daripada menambah perluasannya, dimana pembangunan dalam negeri menjadi prioritas utamanya, meringankan zakat, kedudukan mawali disejajarkan dengan muslim Arab. Meskipun masa pemerintahannya sangat singkat, namun berhasil menyadarkan golongan Syi'ah, serta memberi kebebasan kepada penganut agama lain untuk beribadah sesuai dengan keyakinan dan kepercayaannya.
H. KEHANCURAN DINASTI UMAYYAH
Terdapat banyak sebab yang mendukung hancurnya dinasti Umayyah, setelah berlangsung kurang lebih Sembilan puluh tahun. Tidaklah terlalu sulit untuk melacak sebab-sebab tersebut, sebagaimana disampaikan berikut ini :
Pertama, ketidakcakapan para penguasa serta kejahatan perilaku mereka merupakan factor utama hancurnya kekuasaan dinasti ini.
Kedua, Egoisme para pejabat pemerintahan dan terjadinya sejumlah pembelotan militer. Pada umumnya para penguasa mempercayakan urusan pemerintahan kepada para pejabat Istana.
Ketiga, Persaingan antarsuku. Permusuhan kelompok Arab Mudariyah (sebagian besar berasal dari Hijaz dan Kufah) dengan kelompok Himyariyah (sebagian berasal dari Yaman), yang telah lama berlangsung, semakin memanas karena sikap para penguasa Umayyah yang memihak salah satu dari keduanya.
Keempat, tidak adanya mekanisme dan aturan baku mengenai suksesi kepemimpinan. Berdasarkan pertimbangan stabilitas politik kerajaan Umayyah, Mu’awiyyah menempuh kebijaksanaan menunjukkan anaknya yakni yazid sebagai penggantinya. Cara demikian ini diikuti oleh seluruh penguasa, namun prinsip senioritas kepemimpinan bangsa Arab yang telah lama berlaku tidak dapat menerima sistem suksesi secara turun-temurun. Selanjutnya sistem ini menimbulkan konflik dan intrik di kalangan istana.
Kelima, perlakuan yang tidak adil terhadap non-Arab (mawali). Masyarakat non Arab khususnya keturunan Persia, sekalipun mereka telah memeluk Islam dan turu berjuang membela Islam dan kerajaan Umayyah, namun mereka menerima perlakuan sosial politik dan ekonomi yang tidak seimbang dengan kelompok Muslim-Arab. Mereka adalah basis infantry yang bertempur dengan kaki telanjang diatas panasnya pasir, tida diatas unta, maupun kuda. Mereka hanya menerima gaji tetap, tidak menerima tunjangan keluarga dan tunjangan pension, dan senantiasa terjerat oleh sejumlah beban pajak.
Terakhir, propaganda dan gerakan Abbasiyah. Propaganda dan gerakan Abbasiyah. Propaganda kelompok Abbasiyah secara gencar menyerang segi-segi negative dan kelemahan sepanjang pemerintahan Umayyah.
A. SEJARAH BERDIRINYA DAN POLA PEMERINTAHAN
Bani Umayyah (bahasa Arab: بنو أمية, Banu Umayyah, Dinasti Umayyah) atau Kekhalifahan Umayyah, adalah kekhalifahan Islam pertama setelah masa Khulafaur Rasyidin yang memerintah dari 661 sampai 750 di Jazirah Arab dan sekitarnya (beribukota di Damaskus) ; serta dari 756 sampai 1031 di Kordoba, Spanyol sebagai Kekhalifahan Kordoba. Nama dinasti ini dirujuk kepada Umayyah bin 'Abd asy-Syams, kakek buyut dari khalifah pertama Bani Umayyah, yaitu Muawiyah bin Abu Sufyan atau kadangkala disebut juga dengan Muawiyah I. Masa ke-Khilafahan Bani Umayyah hanya berumur 90 tahun yaitu dimulai pada masa kekuasaan Muawiyah bin Abu Sufyan, yaitu setelah terbunuhnya Ali bin Abi Thalib, dan kemudian orang-orang Madinah membaiat Hasan bin Ali namun Hasan bin Ali menyerahkan jabatan kekhalifahan ini kepada Mu’awiyah bin Abu Sufyan dalam rangka mendamaikan kaum muslimin yang pada masa itu sedang dilanda bermacam fitnah yang dimulai sejak terbunuhnya Utsman bin Affan, pertempuran Shiffin, perang Jamal dan penghianatan dari orang-orang Khawarij dan Syi'ah, dan terakhir terbunuhnya Ali bin Abi Thalib.sepeninggal ali bin abi thalib, gubernur syam tampil sebagai penguasa islam yang kuat. Masa kekuasaannya merupakan awal kedaulatan bani ummayah. Muawiyah bin abu sufyan ibn adalah pembangun dinasti bani ummayah dan sekaligus menjadi khalifah pertama.ia memindahkan ibukota kekuasaan islam dari kuafah ke damaskus.pada umumnya sejarawan memandang negatif terhadap muawiyah, keberhasilanya memperoleh legalitas atas kekuasaanya dalam perang saudara di sifin dicapai melalui cara arbitasi yang curang. Lebih dari itu muawiyah juga dituduh sebagai penghianat prinsip prinsip demokrasi yang diajarkan islam, karena diaalah yang mula-mula mengubah pimpinan negara dari seorang yang dipilih oleh rakyat mejadikekuasaan raja yang diwariskan turun temurun.diatas segala-galanya bila dilihat dari sikap dan prestasi politiknya yang menakjubkan sesungguhnya muawiyah adalah seorang pribadi yang paripurna dan pemimpin besar yang berbakat. Didalam dirinyas terkumpul sifat-sifat seorang penguasa politikus ndan administrator.keberhasilan muawiyah mendirikan dinasti umayah bukan hanya akibat dari kemenagan diplomasi disifin dan terbunuhnya khalifah Ali saja dari sejak semula gubernur suria itu memiliki baris rasional yang sliod bagi landasan ppembangunan politiknya dimasa depan.
Pertama adalah berupa dukungan yang kuat dari rakyat suriah dan keluarga bani umayah sendiri penduduk suriah yang lama diperintah oleh mauwiyah mempunyai ketentarraan yang kokoh, terlatih dan disiplin digaris depan dalam peperangan melawan romawi. Mereka bersama-sama dengan kelompok bangsawan kaya mekah dari keturunan umayah berada sepenuhnya dibelakang muawiyahdan memasoknya dengan sumber kekuatan yang tidak ada habis-habisnya, baik moral, tenaga manusia maupun kekayaan. Negri suriah sendiri terkenal makmur dan menyimpan sumber daya alam yang melimpah, ditambah dengan bumi mesir yang berhasil dirampas maka sumber kemakmuran dan suplai bertambah lagi bagi Muawiyah.Kedua sebagai seorang administrator muawiyah muawiyah sangat bijaksana dalam menempatkan para pembantunya pada jabatan penting. Tiga orang patutlah mendapat perhatian khusus yaitu amr ibn as,mugirah ibn syu’bah, dan ziyad ibn abihi. Ketigan orang ini pembantu ini merupakan empat politikus dikalanagan muslim arab.Ketiga muawiyah memiliki kemampuan menonjol sebagai negarawan sejati, bahkan mencapai tingkat “hilm” sifat tertinggi yang dimilikki oleh para pembesar mekah zaman dahulu.seorang manusia hilm seperti muawiyah dapat menguasai diri secara mutlak dan mengambil keputusan keputusan yang meentukan meskipun ada tekanan dan intimidasi. Situasi ketika muawiyah naik ke kursi kekhalifahan mengundang bsnyak kesulitan , anarkisme tidak dapat lagi dikendalikan oleh ikatan agama dan moral sehingga hilanglah persatuan umat.
B. PARA KHALIFAH BANI UMAYAH
Dinasti bani umayah berkuasa hampir satu abad, tepatnya 90tahun dengan 14 khalifah. Dimulai oleh muawiyah dan ditutup oleh marwan ibn muhamad, diantara mereka ada pemimpin-pemimpin besar yang berjasa didalam berbagai bidang sesuai dengan kehendak zamannya. Sebaliknya ada pula khalifah yang tidak patut dan lemah. Adapun urutan khalifah ummayah sebagai berikut :
- 41H/661M Muawiyah 1 (ibn abu sufyan)
- 60H/680M Yazid1 (ibn muawiyah)
- 64H/683M Muawiyah2 (ibn yazid)
- 65H/685M Marwan1(ibn hakam)
- 65H/685M Abdul Malik Ibn Marwan
- 86H/705M AL Walid1 (Ibn Abdul Malik)
- 96H/715M Sulayman Ibn Abdul Malik
- 99H/717M Umar Ibn Abdul Aziz
- 101H/720M Yazid II Ibn Abdul Malik)
- 105H/724M Hisyam Ibn Abdul Malik
- 125H/743M Al-Walid II 9IN Yazid II)
- 126H/744M Ibrahim Ibn Al-Walid II
- 127-132H/744-750M Marwan II ibn Muhamad
Empat orang memegang kekuasaan selama 70tahun yaitu: Muawiyah,Abdul Malik, Al-Walid1, dan Hisyam. Sedangkan sepuluh khalifah sisanya hanya merintah selama 20 tahun saja. Para pencatat sejarah umumnya setuju bahwa khalifah-kahlifah terbesar mereka ialah :Muawiyah, Abdul Malik, dan Umar ibn Abdul Aziz.
Muawiyah adalah bapak pendiri dinasti umayah dialah pembangun yang besar. Namanya disejajarkan dalam deretan khulafaurasydin, bahkan kesalahannya menghianati Prinsip pemilihan kepala Negara oleh rakyat dapat dilupakan orang karena jasa-jasa dan kebijaksanaan politiknya yang mengagumkan. Muawiyah mendapat kursi kekalifahan setelah hasan ibn ali ibn Abi thalib berdamai dengannya pada tahun 41H. Umat islam sebagiannya membaiat Hasan setelah ayahnya itu wafat. Namun hasan menyadari kelemahannya sehingga ia menyerahkan kepemimpinan umat kepada muawiyah sehingga tahun itu dinamakan ‘amul jama’ah’tahun persatuan. Muawiyah menerima kekalifahan dengan syarat-syarat yang diajukan oleh Hasan :
Agar muawiyah tidak menaruh dendam pada seorangpun penduduk irak
Menjami keamanan dan memaafkan kesalahan-kesalahan mereka Agar pajak tanah negeri ahwas diperuntukan kepadanya dan diberikan tiap tahun
Agar muawiyah membayar kepaa saudaranya 2 juta Dirham
Pemberian kepad bani hasyim haruslah lebih banyak dari pemberian kepada bani abdis syams.
Muawiyah dibaiat uma islam dikufah sedangkan hasan dan Husain dikembalikan ke madinah. Hasan wafat dikota nabi itutaahun 50H. diantara jasa-jasa muawiyah ialah mengadakan dinas pos kilat dengan menggunakan kuda-kuda yang selalu siap di tiap pos. ia juga berjasa mendirikan kantor cap (percetakan mata uang) dan lain-lain. Muawiyah wafat tahun 60H. karena sakit dan digantikan oleh anaknya, yazid yang telah ditetapkannya sebagai putra mahkota sebelumnya. Ketika Yazid bin Muawiyah naik tahta, sejumlah tokoh terkemuka di Madinah tidak mau menyatakan setia kepadanya. Yazid bin Muawiyah kemudian mengirim surat kepada gubernur Madinah, memintanya untuk memaksa penduduk mengambil sumpah setia kepadanya. Dengan cara ini, semua orang terpaksa tunduk, kecuali Husain bin Ali Ibnul Abu Thalib dan Abdullah bin Zubair Ibnul Awwam. Bersamaan dengan itu, kaum Syi'ah (pengikut Abdullah bin Saba’ al-Yahudi) melakukan konsolidasi (penggabungan) kekuatan kembali, dan menghasut Husain bin Ali melakukan perlawanan. Yazid tidak skuat ayahnya dalam memerintah banyak tantangan yang dihadapinya antara lain ialah membereskan kau syi’ah yang telah membaiat Husein sepeninggal Muawiyah. Terjadi perang dikarbela yan menyebabkan terbunuhnya Husein, cucu nabi Muhamad SAW.yazid menghadapi para pemberontak di Makkah dan Madinah dengan keras.dinding ka’bah runtuh dikarenakan terkena lemparan manjaniq, alat pelempar batu kearah lawan peistiwa tersebut merupakan aib besar pada masanya. Penduduk memberontak terhadap yazid dan memecatnya dan kemudian mengangkat Abdullah ibn Hanzallah dari kaum ansar. Merka juga memenjaraka kaum umaiyahdan mengusirnya dari kota suci kedua bagi umat islam itu. Sehingga menyebabkan terjadinya bentrok fisik antara kedua belah pihak. Peperangan itu terjadi di al harrah yang dimenangkan oleh asukan yazid, pada tahun 63H. PenduduK Makkah lain lagi keadaaannya, sebgaian dari mereka membaiat Abdullah ibn zubair sebagai khalifah.maka pasukan yazid meneruskan perjalanan ke Makkah untuk menguasaianya. Abdullah ibn Zubair selamat dari gempuran pasukan yazid karena ada bahwa yazid mangkat sehingga ditariklah pasukannya ke suriah.tetapi kota Makkah menjadi pora poranda akibat perlakuan pasukan yazid.yazid meninggal pada tahun 64H. setelah memerintah selama 4 tahun dan digantikan oleh Muawiyah II.ia hanya memerintah kurang lebih 40 hari setelah meletakan jabatan sebagai khalifah sebelum wafat 3 bulan.ia mengalami tekanan jiwa berat karena tidak mampu memikul tanggung jawab jabatan khalifah yang besar itu.
C. SISTEM KEMILITERAN.
Kemajuan masa pemerintahan dinasti bani umayah yang paling menonjol adalah dibidang kemiliteran. Selama peperangan dengan militer romawi pasukan arab mengambil tehnik kemiliteran mereka dan memadukannya dengan sistem pertahanan yang telah dimdiliki sebelumnya. Pasukan islam mendirikan tenda-tenda yang terdiri dari 2-4 pintu dengan perlindungan benteng dan parit. Kufah dan basroh merupakan basis militer untuk wilayah timur, formasi kekuatan pasukan muslim terbagi dua barisan: Barisan depan dan barisan belakang. Seluruhnya terdiri lima lapisan, yakni satu lapisan pusat,dua lapisan pasukan sayap,lapisan penyerbu, dan lapisan pertahanan. Kekuatan pasukan dinasti umayah ini telah mencatat sukses-sukses besar dalam tugas-tugas ekspansi. Kemajuan kekuatan militer pada masa ini juga ditandai dengan terbentuknya angkatan laut islam oleh Muawiyah.ia mengarahkan para pakar kelautan untuk mrancang pembuatan galangan perkapalan dipantai Syria.
D. SITUASI SOSIAL
Terdapat empat kelompok masyarakat, yakni Arab muslim, Mawalli, non Muslim,dan kelompok budak. Kelompok Arab-muslim menduduki kelas social tertinggi disebabkan karena mereka sebagai kelompok pendatang yang berkuasa, juga dikarenakan system aristokrasi.namun pada prinsipnya mereka semua mendapat perlindungan hak-hak secara penuh sehingga mereka dapat hidup dengan tenang dan damai.perbedaan yang menonjol adalah dlam hal beban kewajiban pajak. Hamper dikatakan tidak ada perselisihan antar agama, yang muncul adalah perselisihan antar suku, khususnya antara kelompok Arab Mudariyah dengan kelompok Arab Himyariyah.kelas social terbawah diduduki kelompok budak.ajaran islam yang disebarkan nabi Muhamad menganjurkan kemerdekaan budak.
E. SISTEM PENDIDIKAN
Nabi muhamad tidak hanya meenganjurkan kegiatan penidikan,melainkan beliau juga menjadikan pendidikan sebagai media penyebara ajaran agama. Nabi muhamad menatar instructor lalu mengirimkan Keberbagai penjuru arab.Khulafauraydin mengkuti jejek nabi Muhamad dan megembangkan cakupan pendidikan.selama masa itu cabang pendidika meiputi : tafsir, hadits, fiqh, dan pendidikan santri pra islam. Dan cabangpendidikan berkembang banyak pada masa dinasti umayah seperti : pendidikan sejarah, tata bahasa, geografi, dan berbagai sains.pada masa awal dinasti ini hanya terdapat satu lembaga pendidikan dibadira (perkampungan dekat madinah) dimana kalangan bangsa arab daari berbagai penjuru dating mempelajari pembacaan bahasa dan syair.mereka juga diajari berenang, memanah dan merangkak. Orang-orang terpelajar disaat itu disebut “KAMIL”. Lama kelamaan semakin brkembang dan masyarakat umum terlibat dalam kegiatan pendidikan dan selanjutnya diperkenalkan tata tertib mempelajari kitab suci Al-qur’an dan diperkenankan juga penunjukan guru privat untuk member pelajaran di rumah-rumah. Basrah dan kufah merupakan pusat budaya arab, sehingga kedua kota ini dipandang sebagai cikal bakal perkembangan peradaban arab.Khalil ibn ahmad adalah penduduk basrah pertaa yang menyusun kamus bahasa arab,pada masa ini riwayat hadis nabi mulai dikumpulkan diantara pengumpul riwayat hadis yang tersohor adalah Hasan Al basri dan Syihab al jauhari.umat islam pada masaini juga giat mempelajari sejarah kehidupan nabi muhamad.
F. KEMAJUAN ARSITEKTUR
Penguasa dinasti umayah pada umumnya mahir dalam seni arsitektur, mereka mencurahkan perhatiaanya demi kemajuan bidang ini hasilnya adalah sejumlah bangunan megah, Masjid baitul maqdis diyerusalem,yang terkenal dengan kubah batunya(qubah al-sakhra) didirikan pada masa Abdul malik pada tahun 691M.ia adalah masjid pertama yang ditutup dengan kubah diatasnya. Dan juga masjid al-aqsa ynag tidak kalah tinggi arsitekturnya sebuah masjid terindah yang terdapat didamaskus yang didirikan oleh walid ibn abdul aziz.ia juga merehap masjid Madinah diantara beberapa monument peninggalan umayah yangterkenal adalah istana qusayr Amrah.istana ini terbuat dari batu kapur yang berwarna kuning kemerah-merahan.
G. EKSPANSI WILAYAH
Pada masa Muawiyah bin Abu Sufyan perluasan wilayah yang terhenti pada masa khalifah Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib dilanjutkan kembali, dimulai dengan menaklukan Tunisia, kemudian ekspansi ke sebelah timur, dengan menguasai daerah Khurasan sampai ke sungai Oxus dan Afganistan sampai ke Kabul. Sedangkan angkatan lautnya telah mulai melakukan sera serangan-serangan ke ibu kota Bizantium, Konstantinopel. Sedangkan ekspansi ke timur ini kemudian terus dilanjutkan kembali pada masa khalifah Abdul Malik bin Marwan. Abdul Malik bin Marwan mengirim tentara menyeberangi sungai Oxus dan berhasil menundukkan Balkanabad, Bukhara, Khawarizm, Ferghana dan Samarkand. Tentaranya bahkan sampai ke India dan menguasai Balukhistan, Sind dan daerah Punjab sampai ke Maltan.
Ekspansi ke barat secara besar-besaran dilanjutkan di zaman Al-Walid bin Abdul-Malik. Masa pemerintahan al-Walid adalah masa ketenteraman, kemakmuran dan ketertiban. Umat Islam merasa hidup bahagia. Pada masa pemerintahannya yang berjalan kurang lebih sepuluh tahun itu tercatat suatu ekspedisi militer dari Afrika Utara menuju wilayah barat daya, benua Eropa, yaitu pada tahun 711 M. Setelah Aljazair dan Maroko dapat ditundukan, Tariq bin Ziyad, pemimpin pasukan Islam, dengan pasukannya menyeberangi selat yang memisahkan antara Maroko (magrib) dengan benua Eropa, dan mendarat di suatu tempat yang sekarang dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Thariq). Tentara Spanyol dapat dikalahkan. Dengan demikian, Spanyol menjadi sasaran ekspansi selanjutnya. Ibu kota Spanyol, Cordoba, dengan cepatnya dapat dikuasai. Menyusul setelah itu kota-kota lain seperti Seville, Elvira dan Toledo yang dijadikan ibu kota Spanyol yang baru setelah jatuhnya Cordoba. Pasukan Islam memperoleh kemenangan dengan mudah karena mendapat dukungan dari rakyat setempat yang sejak lama menderita akibat kekejaman penguasa.
Di zaman Umar bin Abdul-Aziz, serangan dilakukan ke Perancis melalui pegunungan Pirenia. Serangan ini dipimpin oleh Aburrahman bin Abdullah al-Ghafiqi. Ia mulai dengan menyerang Bordeaux, Poitiers. Dari sana ia mencoba menyerang Tours. Namun, dalam peperangan yang terjadi di luar kota Tours, al-Ghafiqi terbunuh, dan tentaranya mundur kembali ke Spanyol. Disamping daerah-daerah tersebut di atas, pulau-pulau yang terdapat di Laut Tengah (mediterania) juga jatuh ke tangan Islam pada zaman Bani Umayyah ini.
Dengan keberhasilan ekspansi ke beberapa daerah, baik di timur maupun barat, wilayah kekuasaan Islam masa Bani Umayyah ini betul-betul sangat luas. Daerah-daerah itu meliputi Spanyol, Afrika Utara, Syria, Palestina, Jazirah Arab, Irak, sebagian Asia Kecil, Persia, Afganistan, daerah yang sekarang disebut Pakistan, Turkmenistan, Uzbekistan, dan Kirgistan di Asia Tengah.
Disamping ekspansi kekuasaan Islam, Bani Umayyah juga banyak berjasa dalam pembangunan di berbagai bidang. Muawiyah bin Abu Sufyan mendirikan dinas pos dan tempat-tempat tertentu dengan menyediakan kuda yang lengkap dengan peralatannya di sepanjang jalan. Dia juga berusaha menertibkan angkatan bersenjata dan mencetak mata uang. Pada masanya, jabatan khusus seorang hakim (qadhi) mulai berkembang menjadi profesi tersendiri, Qadhi adalah seorang spesialis dibidangnya. Abdul Malik bin Marwan mengubah mata uang Bizantium dan Persia yang dipakai di daerah-daerah yang dikuasai Islam. Untuk itu, dia mencetak uang tersendiri pada tahun 659 M dengan memakai kata-kata dan tulisan Arab. Khalifah Abdul Malik bin Marwan juga berhasil melakukan pembenahan-pembenahan administrasi pemerintahan dan memberlakukan bahasa Arab sebagai bahasa resmi administrasi pemerintahan Islam. Keberhasilan ini dilanjutkan oleh puteranya Al-Walid bin Abdul-Malik (705-715 M) meningkatkan pembangunan, diantaranya membangun panti-panti untuk orang cacat, dan pekerjanya digaji oleh negara secara tetap. Serta membangun jalan-jalan raya yang menghubungkan suatu daerah dengan daerah lainnya, pabrik-pabrik, gedung-gedung pemerintahan dan masjid-masjid yang megah.
Meskipun keberhasilan banyak dicapai daulah ini, namun tidak berarti bahwa politik dalam negeri dapat dianggap stabil. Pada masa Muawiyah bin Abu Sufyan inilah suksesi kekuasaan bersifat monarchiheridetis (kepemimpinan secara turun temurun) mulai diperkenalkan, dimana ketika dia mewajibkan seluruh rakyatnya untuk menyatakan setia terhadap anaknya, yaitu Yazid bin Muawiyah. Muawiyah bin Abu Sufyan dipengaruhi oleh sistem monarki yang ada di Persia dan Bizantium, istilah khalifah tetap digunakan, namun Muawiyah bin Abu Sufyan memberikan interprestasi sendiri dari kata-kata tersebut dimana khalifah Allah dalam pengertian penguasa yang diangkat oleh Allah.Dan kemudian Muawiyah bin Abu Sufyan dianggap tidak mentaati isi perjanjiannya dengan Hasan bin Ali ketika dia naik tahta, yang menyebutkan bahwa persoalan penggantian kepemimpinan diserahkan kepada pemilihan umat Islam. Deklarasi pengangkatan anaknya Yazid bin Muawiyah sebagai putera mahkota menyebabkan munculnya gerakan-gerakan oposisi di kalangan rakyat yang mengakibatkan terjadinya perang saudara beberapa kali dan berkelanjutan.
Husain bin Ali sendiri juga dibait sebagai khalifah di Madinah, Pada tahun 680 M, Yazid bin Muawiyah mengirim pasukan untuk memaksa Husain bin Ali untuk menyatakan setia, Namun terjadi pertempuran yang tidak seimbang yang kemudian hari dikenal dengan Pertempuran Karbala, Husain bin Ali terbunuh, kepalanya dipenggal dan dikirim ke Damaskus, sedang tubuhnya dikubur di Karbala sebuah daerah di dekat Kufah.
Kelompok Syi'ah sendiri bahkan terus melakukan perlawanan dengan lebih gigih dan diantaranya adalah yang dipimpin oleh Al-Mukhtar di Kufah pada 685-687 M. Al-Mukhtar (yang pada akhirnya mengaku sebagai nabi) mendapat banyak pengikut dari kalangan kaum Mawali (yaitu umat Islam bukan Arab, berasal dari Persia, Armenia dan lain-lain) yang pada masa Bani Umayyah dianggap sebagai warga negara kelas dua. Namun perlawanan Al-Mukhtar sendiri ditumpas oleh Abdullah bin Zubair yang menyatakan dirinya secara terbuka sebagai khalifah setelah Husain bin Ali terbunuh. Walaupun dia juga tidak berhasil menghentikan gerakan Syi'ah secara keseluruhan.
Abdullah bin Zubair membina kekuatannya di Mekkah setelah dia menolak sumpah setia terhadap Yazid bin Muawiyah. Tentara Yazid bin Muawiyah kembali mengepung Madinah dan Mekkah. Dua pasukan bertemu dan pertempuran pun tak terhindarkan. Namun, peperangan ini terhenti karena taklama kemudian Yazid bin Muawiyah wafat dan tentara Bani Umayyah kembali ke Damaskus.
Perlawanan Abdullah bin Zubair baru dapat dihancurkan pada masa kekhalifahan Abdul Malik bin Marwan, yang kemudian kembali mengirimkan pasukan Bani Umayyah yang dipimpin oleh Al-Hajjaj bin Yusuf ats-Tsaqafi dan berhasil membunuh Abdullah bin Zubair pada tahun 73 H/692 M.
Setelah itu gerakan-gerakan lain yang dilancarkan oleh kelompok Khawarij dan Syi'ah juga dapat diredakan. Keberhasilan ini membuat orientasi pemerintahan Bani Umayyah mulai dapat diarahkan kepada pengamanan daerah-daerah kekuasaan di wilayah timur (meliputi kota-kota di sekitar Asia Tengah) dan wilayah Afrika bagian utara, bahkan membuka jalan untuk menaklukkan Spanyol (Al-Andalus). Selanjuytnya hubungan pemerintah dengan golongan oposisi membaik pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul-Aziz (717-720 M), dimana sewaktu diangkat sebagai khalifah, menyatakan akan memperbaiki dan meningkatkan negeri-negeri yang berada dalam wilayah Islam agar menjadi lebih baik daripada menambah perluasannya, dimana pembangunan dalam negeri menjadi prioritas utamanya, meringankan zakat, kedudukan mawali disejajarkan dengan muslim Arab. Meskipun masa pemerintahannya sangat singkat, namun berhasil menyadarkan golongan Syi'ah, serta memberi kebebasan kepada penganut agama lain untuk beribadah sesuai dengan keyakinan dan kepercayaannya.
H. KEHANCURAN DINASTI UMAYYAH
Terdapat banyak sebab yang mendukung hancurnya dinasti Umayyah, setelah berlangsung kurang lebih Sembilan puluh tahun. Tidaklah terlalu sulit untuk melacak sebab-sebab tersebut, sebagaimana disampaikan berikut ini :
Pertama, ketidakcakapan para penguasa serta kejahatan perilaku mereka merupakan factor utama hancurnya kekuasaan dinasti ini.
Kedua, Egoisme para pejabat pemerintahan dan terjadinya sejumlah pembelotan militer. Pada umumnya para penguasa mempercayakan urusan pemerintahan kepada para pejabat Istana.
Ketiga, Persaingan antarsuku. Permusuhan kelompok Arab Mudariyah (sebagian besar berasal dari Hijaz dan Kufah) dengan kelompok Himyariyah (sebagian berasal dari Yaman), yang telah lama berlangsung, semakin memanas karena sikap para penguasa Umayyah yang memihak salah satu dari keduanya.
Keempat, tidak adanya mekanisme dan aturan baku mengenai suksesi kepemimpinan. Berdasarkan pertimbangan stabilitas politik kerajaan Umayyah, Mu’awiyyah menempuh kebijaksanaan menunjukkan anaknya yakni yazid sebagai penggantinya. Cara demikian ini diikuti oleh seluruh penguasa, namun prinsip senioritas kepemimpinan bangsa Arab yang telah lama berlaku tidak dapat menerima sistem suksesi secara turun-temurun. Selanjutnya sistem ini menimbulkan konflik dan intrik di kalangan istana.
Kelima, perlakuan yang tidak adil terhadap non-Arab (mawali). Masyarakat non Arab khususnya keturunan Persia, sekalipun mereka telah memeluk Islam dan turu berjuang membela Islam dan kerajaan Umayyah, namun mereka menerima perlakuan sosial politik dan ekonomi yang tidak seimbang dengan kelompok Muslim-Arab. Mereka adalah basis infantry yang bertempur dengan kaki telanjang diatas panasnya pasir, tida diatas unta, maupun kuda. Mereka hanya menerima gaji tetap, tidak menerima tunjangan keluarga dan tunjangan pension, dan senantiasa terjerat oleh sejumlah beban pajak.
Terakhir, propaganda dan gerakan Abbasiyah. Propaganda dan gerakan Abbasiyah. Propaganda kelompok Abbasiyah secara gencar menyerang segi-segi negative dan kelemahan sepanjang pemerintahan Umayyah.