Ustman bin Affan
Masa Kerajaan Besar: Pendirian, Perkembangan Politik, Kemajuan Peradaban, dan Kemunduran/Keruntuhan Usmani (Turki)
A. Pendirian
Bangsa turki tercatat dalam sejarah islam dengan keberhasilannya mendirikan dua dinasti: dinasti Turki Saljuk dan dinasti Turki Udami. Saljuk berasal dari persatuan kabilah-kabilah dalam rumus Ghus.Mereka tinggal ditukistan di bawah kekuasaan raja Bighu. Karena wilayah mereka bertetangga dengfan dinasti Samani dan Ghaznawi, akhirnya keturunan Turki ini memeluk islam. Rumpun ini oleh Saljung lbn Tuqaq dipersatukan dengan salajiqah yang pada akhirnya berhasil mendirikan dinasti islam Salajiqah selama kurang lebih 250 tahun (1055-1300 M).
Kehancuran danasti Turki saljuk oleh serangan pasukan Mongol merupakan saat pembentukan dinasti Turki Usami. Silsilah Turki Usami berpangkal pada sebuah suku kecil, yakni kabilah Ughu. Semula mereka tingal di sebelah utara negara Cina. Karena tekanan-tekanan dari bangsa Mogol, dengan dipimpin oleh Sulaman Syah mereka berpindah tempat kearah barat hinga mereka bergabung dengan saudara seketurunan, yakni orang Turki Saljug, di Asia Kecil.
Di bawah pimpinan Ertogrul (w. 1280 M) mereka mengabdikan diri kepada Sultan Saljuq, Allauddin, yang sedang berperan melawan Bizantine. Atas kehebatan Ertogrul dan dukungan penuh dari anak buahnya, pasukan Saljuq mendapat kemenangan melawan Bizantine. Sebagai hadiahnya, sang sultan berkenan memberikan sebidang wilayah diperbatasan Bizantine kepada Ertogrul, serta memberinya wewenang untuk mengadakan eksepansi.
Sepeninggal Ertogrul digantikan oleh putranya yang bernama Usmanyang menjadi pimpinan kelompok Turki ini antara tahun 1281-1324 M. serangan Mongol terhadap Saljuk yang terjadi pada tahun 1300 menjadikan dinasti ini terpecah-pecah menjadi sejumlah kerajan kecil. Dalam kondisi kehancuran saljuq inilah, Usman mengklaim kemerdekan secara penuh atas wilayang yang didudukinya, sekaligus memproklamirkan berdirinya kerajaan Turki Usmani. Kekuatan militer Usami menjadi benteng pertahanan sultan dinasti-dinasti kecil dari ancaman bahaya serangan Mongol. Dengan demikian secara tidak langsung mereka mengakui Usman sebagai penguasa tertinggi dengan bergelar”Padinsyah Ali Usman”.
B. Perkembangan Politik
1. Sosial Politik dan Administrasi Negara
Kemajuan dan perkembangan ekspansi kerajaan Usmani berlangsung dengan cepat, hal ini diikuti pula oleh kemajuan dalam bidang politik, terutama dalam hal mempertahankan eksistensinya sebagai negara besar. Hal ini berkaitan erat dengan sistem pemerintahan yang diterapkan para pemimpin Dinasti ini. Selain itu, tradisi yang berlalu saat itu telah membentuk stratifikasi yang membedakan secara menyolok antara kelompok penguasa (small group of rulers) dan rakyat biasa (large mass). Penguasa yang begitu kuat itu bahkan memiliki keistimewaan:
a. Pengakuan dari bawahan untuk loyal pada Sultan dan negara.
b. Penerimaan dan pengamalan, serta sistem berfikir dalam bertindak dalam agama yang dianut merupakan kerangka yang integral.
c. Pengetahuan dan amalan tentang sistem adat yang rumit. Yang terpenting adalah bahwa para pejabat dalam hal apapun tetap sebagai budak Sultan. Tugas utama seluruh warga negara, baik pejabat maupun rakyat biasa adalah mengabdi untuk keunggulan Islam, melaksanakan hukum serta mempertahankan keutuhan imperium.
Sebagai struktur masyarakatnya sangat heterogen, Dinasti Usmani mempunyai kekuasaan yang menentukan nasib warga Timur Tengah dan Balkan, sampai pada tingkat yang luar biasa.Dinasti Usmani tersebut mendominasi, mengendalikan dan membentuk masyarakat yang dikuasainya. Salah satu konsep utama yang diterapkan oleh Usmani adalah perbedan antara askeri dan ri’aya, yakni antara kalangan elit penguasa dan yang dikuasai, elit pemerintah dan warga Negara, antara tentara dan pedagang, antar petugas pemungut pajak dan pembayar pajak. Bahkan, untuk menjadi kelas penguasa seseorang harus dididik dalam kebahasaan dan tata cara yang khusus yang disebut dengan tata cara Usman. Seseorang dapat menjadi elit Usmani melalui keturunan atau melalui pendidikan sekolah-sekolah kerajaan, kemiliteran atau pendidikan sekolah keagamaan.
2. Bidang Militer
Kerajaan Turki Usmani telah mampu menciptakan pasukan militer yang mampu mengubah Negara Turki menjadi Mesin perang yang paling tangguh dan memberikan dorongan yang amat besar dalam penaklukan negeri-negeri non Muslim. Bangsa-bangsa non Turki dimasukkan sebagai anggota, bahkan anak-anak Kristen di asramakan dan dibimbing dalam suasana Islam untuk dijadikan prajurit.
Ketika terjadi kekisruan ditubuh militer, maka Orkhan mengadakan perombakan dan pembaharuan, yang dimulai dari pemimpin-pemimpin personil militer. Program ini ternyata berhasil dengan terbentuknya kelompok militer baru yang disebut dengan pasukan Janissari atau Inkisyariyah. Pasukan inilah yang dapat mengubah Negara Usmani menjadi mesin perang yang paling kuat dan memberikan dorongan kuat dalam penaklukan negeri Non Muslim.Selain itu, ada juga ada juga tentara feodal yang dikirim kepada pemerintah pusat, pasukan ini disebut tentara atau kelompok militer Thaujiah.
Keberhasilan ekspansi wilayah dibarengi dengan terciptanya jaringan pemerintah yang teratur. Di masa Sulaiman I, disusunlah sebuah kitab undang-undang (qonun) yang diberi namaMultaqa al-Abhur. Kitab ini menjadi pegangan hukum bagi kerajaan Turki Usmani sampai datangnya reformasi abad ke-19.
Pengelolaan administrasi pemerintah tidaak hanya terbatas sampai ketingkat propinsi, tetapi selanjutnya diefektifkan dengan membentuk daerah-daerah tingkat II yang dikepalai masing-masing seorang kepala daerah (sanjaks). Di tingkat pusat, di samping ada sultan ada grand vizier (perdana menteri) yang dibantu oleh beberapa pembantu,diantaranya oleh para ulama yang berfungsi sebagai lembaga pemberi fatwa atau dewan pertimbangan.
Sebuah administrasi birokratik sangat diperlukan dalam pengkajian militer budak.Orkhan (1324-1360) melantik seorang wazir untuk menangani administrasi dan kemiliteran pusat dan mengangkat sejumlah gubernur sipil untuk sejumlah propinsi yang ditaklukkan.Kepala-kepala jabatan disatukan dalam sebuah dewan kerajaan.Lantaran Dinasti Usmani semakin meluas, beberapa propinsi yang semula merupakan daerah jajahan yang harus menyerahkan upeti digabungkan menjadi sebuah sistem administrasi.Unit propensial yang terbesar, yang dinamakan baylerbayliks, dibagi menjadi sanjak-bayliks dan selanjutnya dibagi-bagi menjadi timarliks yang distrik tersebut diserahkan kepada pejabat-pejabat militer sebagai pengganti gaji mereka. Pada abad ke-16, term vali telah menggantikan baylerbayliks dengan pengertian seorang gubernur, dan term eyelet digunakan dengan arti propisi di Eropa, yakni Rumania dan Transilvania, Crimea, dan beberapa distrik di Anotalia yang berada dalam pengawasan masyarakat Kurdi dan Turki tetap berlangsung sebagai propinsi semi mereka yang wajib menyerahkan upeti.
C. Kemajuan Peradaban
1. Kemajuan Peradaban Islam Pada Masa Kerajaan Usmani
Dengan jatuhnya jazirah Arab, maka imperium Turki Usmani mempunyai wilayah yang luas sekali, terbentang dari Budapest di pinggir sungai Thauna, sampai ke Aswan dekat hulu sungai Nil, dan dari sungai efrat serta pedalaman Iran, sampai Bab el-Mandeb di selatan jazirah Arab.Selama masa kesultanan Turki Usmani (1299-1942 M.) sekitar 625 tahun berkuasa tidak kurang dari 38 Sultan.
Dalam hal ini, Syafiq A. Mughni membagi sejarah kekuasaan Turki Usmani menjadi lima periode, yaitu:
a. Periode pertama (1299-1402), yang dimulai dari berdirinya kerajaan, ekspansi pertama sampai kehancuran sementara oleh serangan timur yaitu dari pemerintahan Usman I sampai pemerintahan Bayazid.
b. Periode kedua (1402-1566), ditandai dengan restorasi kerajaan dan cepatnya pertumbuhan sampai ekspansinya yang terbesar. Dari masa Muhammad I sampai Sulaiman I.
c. Periode ketiga (1566-1699), periode ini ditandai dengan kemampuan Usmani untuk mempertahankan wilayahnya. Sampai lepasnya Honggaria. Namun kemunduran segera terjadi dari masa pemerintahan Salim II sampai Mustafa II.
d. Periode keempat (1699-1838), periode ini ditandai degan berangsur-angsur surutnya kekuatan kerajaan dan pecahnya wilayah yang di tangan para penguasa wilayah, dari masa pemerintahan Ahmad III sampai Mahmud II.
e. Periode kelima (1839-1922) periode ini ditandai dengan kebangkitan cultural dan administrates dari negara di bawah pengaruh ide-ide barat, dari masa pemerintahan Sultan A. Majid I sampai A Majid II.
Persinggungan Islam dengan Turki melalui sejarah panjang, terhitung sejak abad pertama hijriyah hingga suku-suku Turki menjadi penganut dan pembela Islam. Pengaruh Turki dalam dunia Islam semakin terasa pada masa Pemerintahan al-Musta’sim (640-656 H./1242-1258 M.), khalifah terakhir dinasti Abbasiyah. Sejak masa itu bangsa Turki dari berbagai suku senantiasa terlibat dalam jatuhbangunnya berbagai dinasti di daerah mana mereka bertempat tinggal dan mengabdi.
2. Perluasan Wilayah
Setelah Usman mengumumkan dirinya sebagai Padisyah al-Usman (raja besar keluarga Usman), pada tahun 1300 M. dia memulai memperluas wilayahnya. Perluasan wilayah (ekspansi) para Sultan Usmani menjadi model. Hal ini berlangsung paling tidak sampai dengan masa Pemerintahan Sulaiman I. untuk mendukung hal itu, Orkhan membentuk pasukan tangguh yang dikenal dengan Inkisyariyyah. Pasukan Inkisyariyah adalah tentara utama Dinasti Usmani yang terdiri dari bangsa Georgia dan Armenia yang baru masuk Islam. Ternyata, dengan pasukan tersebut seolah-olah Dinasti Usmani memiliki mesin perang yang paling kuat dan memberikan dorongan yang besar sekali bagi penaklukan negeri-negeri non Muslim. Maka pada masa orkhan I kerajaan Turki Usmani dapat ditaklukkan Azmir (Asia kecil), tahun 1327, Thawasyani (1330), Uskandar (1338), Ankara (1354), dan Gholipolli (1356). Daerah-derah ini adalah bagian dunia eropa yang pertama kali dapat dikuasai kerajaan Usmani.
Ekspansi yang lebih besar terjadi pada masa Murad I. di masa ini berhasil ditaklukan wilayah Balkan, Adrianopel (sekarang bernama Edirne, Turki), Macedonia, Sofia (ibukota Bulgaria) dan seluruh wilayah Yunani. Melihat kemenangan yang diraih oleh Murad I, kerajaan-kerajaan Kristen di Balkan dan Eropa timur menjadi Murka. Mereka lalu menyusun kekuatan yang terdiri atas Hongaria, Bulgaria Serbia dan Walacia (Rumania), untuk menggempur Dinasti Usmani. Meskipun Murad I tewas dalam pertempuran tersebut, kemenangan tetap dipihak Dinasti Usmani. Ekspansi berkutnya dilanjutkan oleh putranya, Bayazid I.
Sultan Bayazid naik tahta tahun 1389 M. dengan mendapat gelar Yaldirin atau Yaldrum yang berarti kilat, karena terkenal dengan serangan-serangannya yang cepat terhadap lawan-lawannya. Perluasan wilayah terus berlanjut dan dapat menguasai Salocia dan Morea.Bayazid juga memperoleh kemenangan dalam perang salib di Nicapolas (1394.
Ketika Sultan Bayazid sedang memusatkan perhatiannya untuk menghadapi musuh-musuhnya di Eropa. Ia ditantang oleh Musuh sesama Muslim Yang datang dari Timur Lenk. Seorang raja keturunan bangsa Mongol yang telah memeluk Islam dan berpusat di Samarkhand. Timur Lank mendapat dukungan dari negeri-negeri di Asia kecil yang tak mau tunduk kepada Bayazid. Akhirnya terjadi pertempuran hebat di Ankara tahun 1402 M. Bayazid dengan kedua putranya, Musa dan Ergthogrol dikalahkan dan di tawan oleh Timur tahun 1402. kekalahan ini membawa akibat buruk bagi Turki Usmani. Penguasa-penguasa di Asia kecil melepaskan diri dari pemerintahan Usmani. Wilayah Serbia dan Bulgaria memproklemirkan kemerdekaannya.
Puncak ekspansi terjadi pada masa Sultan Muhammad II yang dikenal dengan gelar al-Fatih (sang penakluk). Pada masanya dilakukan ekspansi kekuasaan Islam secara besar-besaran. Kota penting yang berhasil ditaklukannya adalah Constantinopel (kota kerajaan Romawi Timur) yang ditaklukkan pada tahun 1453. setelah ditaklukkan, kota tersebut diubah namanya menjadi Istambul (tahta Islam). Kejatuhan Constantinopel ke tangan Dinasti Usmani memudahkan tentara Usmani menaklukkan wilayah lainnya., seperi Serbia, Albania dan Hongaria.
Sultan Muhammad meninggal pada tahun 1481 M. dan digantikan oleh putranya Bayazid II. Berbeda dengan ayahnya, Sultan Bayazid II lebih mementingkan kehidupan tasawuf dari pada penaklukkan wilayah dan perang. Hal ini menimbulkan perselisihan yang panjang dan pada akhirnya Sultan Bayazid II mengundurkan diri dari kursi kesultanan pada tahun 1512 M. dan digantikan oleh putranya Salim I. pada masa Sultan Salim I, pemerintahan Usmani bertambah luas hingga menembus Afrika utara, Syiria dapat ditaklukkan dan Mesir yang diperintah oleh kaum Mamalik ditundukkan pada tahun 1517 M. dan pada masa inilah para Sultan Usmani menyandang gelar khalifah.
Menurut Ahmad Syalabi, Sultan Salim I pernah meminta kepada khalifah Abbasiyah di Mesir agar menyerahkan kekhalifahan kepadanya, ketika ia menaklukkan Dinasti mamalik. Pendapat lain menyebutkan bahwa gelar “khalifah” sebenarnya sudah digunakan oleh Sultan Murad (1359-1389 M.) setelah ia berhasil menaklukkan Asia kecil dan Eropa. Dari dua pendapat ini, Ahmad Syalabi berkesimpulan, para Sultan kerajaan Usmani memang tidak perlu menunggu khalifah Abbasiyah menyerahkan gelar itu, karena jauh sebelum masa kerajaan Usmani sudah ada tiga khalifah dalam satu masa.[14] Pada abad ke 10 M., para penguasa Dinasti Fatimiyah di Mesir sudah memakai gelar khalifah. Tidak lama setelah itu, Abd al-Rahman al-Nashir di Spanyol menyatakan diri sebagai khalifah melanjutkan Dinasti bani Umayyah di Damaskus, bahkan ia mencela para pendahulunya yang berkuasa di Spanyol yang meras cukup dengan gelar “Amir” saja. Karena itu ada kemungkinan para penguasa Usmani memang sudah menggunakan gelar khalifah jauh sebelum mereka dapat menaklukkan Dinasti mamalik, tempat pusat pemerintahan para khalifah Abbasiyah.
Dengan adanya berbagai ekspansi, menyebabkan ibukota Dinasti Usmani berpindah-pindah. Sebagai contoh, sebelum Usman I memimpin Dinasti Usmani, ia mengambil kota Sogud sebagai ibukotanya. Kemudian setelah penguasa Dinasti Usmani dapat menaklukkan Broessa pada tahun 1317, maka pada tahun 1326 Broessa dijadikan ibukota pemerintahan. Hal ini berlangsung sampai pemerintahan Murad I. ternyata, di masa Murad I kota Adrianopel yang ditaklukkannya itu dijadikan sebagai ibukota pemerintahan. Sampai ditaklukkanya Constantinopel oleh Muhammad II, yang kemudian diganti namanya menjadi Istambul sebagai ibukota pemerintahan yang terakhir.
Ada Lima faktor yang menyebabkan kesuksesan Dinasti Usmani dalam perluasan wilayah Islam.
a. Kemampuan orang-orang Turki dalam strategi perang terkombinasi dengan cita-cita memperoleh ghanimah (harta rampasan perang).
b. Sifat dan karakter orang Turki yang selalu ingin maju dan tidak pernah diam serta gaya hidupnya yang sederhana, sehingga memudahkan untuk tujuan penyerangan.
c. Semangat jihad dan ingin mengembangkan Islam.
d. Letak Istambul yang sangat strategis sebagai ibukota kerajaan juga sangat menunjang kesuksesan perluasan wilayah ke Eropa dan Asia. Istambul terletak antara dua benua dan dua selat (selat Bosphaoras dan selat Dardanala), dan pernah menjadi pusat kebudayaan dunia, baik kebudayaan Macedonia, kebudayaan Yunani maupun kebudayaan Romawi Timur.
e. Kondisi kerajaan-kerajaan di sekitarnya yang kacau memudahkan Dinasti Usmani mengalahkannya.
Akibat kegigihan dan ketangguhan yang dimiliki oleh para pemimpin dalam mempertahankan Turki Usmani membawa dampak yang baik sehingga kemajuan-kemajuan dalam perkembangan wilayah Turki Usmani dapat di raihnya dengan cepat. Kemajuan dan perkembangan ekspansi kerajaan usmani yang demikian luas dan berlangsung dengan cepat, itu diikuti pula oleh kemajuan dalam bidang kemajuan lain. Diantaranya:
1. Bidang Kemiliteran dan Pemerintahan.
Para pemimpin kerajaan Usmani pada masa-masa pertama adalah orang orang yang kuat sehingga kerajaan dapat melakukan ekspansi dengan cepat dan luas. Meskipun begitu kemajuan kerajaan usmani mencapai masa keemasannya bukan semata-mata karena keunggulan politik para pemimpinnya, namun banyak faktor lain yang mendukung keberhasilan ekspansi itu diantaranya: keberanian, keterampilan, ketangguhan, dan kekuatan militernya yang sanggup bertempur kapan dan dimana saja.
Perang dengan Bizantium merupakan awal didirikannya pusat pendidikan dan militer ,terbentuklah kesatuan militer yang disebut dengan Jenissari atau Inkisyariah. Selain itu kerajaan Usmani membuat struktur pemerintahan dengan kekuasaan tertinggi di tangan Sultan yang dibantu oleh Perdana Menteri yang membawahi Gubernur. Untuk mengatur urusan pemerintahan negara, di masa Sultan Sulaiman I disusun sebuah kitab UU (Qanun) yang diberi nama Multaqa Al-Abghur yang menjadi pegangan hukum bagi kerajaan Turki Usmani sampai datangnya reformasi pada abad 19.
2. Bidang Ilmu Pengetahuan dan Budaya
Dalam bidang pendidikan, Dinasti Usmani mengantarkan pada pengorganisasian sebuah sistem pendidikan madrasah yang tersebar luas. Madrasah Usmani pertama didirikan di Izmir pada tahun 1331, ketika itu sejumlah ulama di datangkan dari Iran dan Mesir untuk mengembangkan pengajaran Muslim dibeberapa toritorial baru. Tapi hal ini tidak begitu berkembang, karena Turki Usmani lebih memfokuskan kegiatan mereka dalam bidang kemiliteran, sehingga dalam khazanah Intelektual Islam kita tidak menjumpai ilmuan terkemuka dari Turki Usmani.
Dalam bidang ilmu pengetahuan, memang kerajaan Turki Usmani tidak menghasilkan karya-karya dan penelitian-penelitian ilmiah seperti di masa Daulah Abbasiyah. Kajian-kajian ilmu keagamaan, seperti fiqh, ilmu kalam, tafsir dan hadis boleh dikatakan tidak mengalami perkembangan yang berarti. Ulama hanya suka menulis buku dalam bentuk syarah (penjelasan), dan hasyiyah (catatan pinggir) terhadap karya-karya klasik yang telah ada. Namun dalam bidang seni arsitektur, Turki Usmani banyak meninggalkan karya-karya agung berupa bangunan yang indah, seperti Mesjid Jami’ Muhammad al-Fatih, mesjid agung Sulaiman dan Mesjid Abu Ayyub al-Anshary dan mesjid yang dulu asalnya dari gereja Aya Sophia. Mesjid tersebut dihiasi dengan kaligrafi oleh Musa Azam. Pada masa Sulaiman di kota-kota besar lainnya banyak dibangun mesjid, sekolah rumah sakit, gedung, makam, jembatan, saluran air, villa, dan pemandian umum.
3. Bidang Keagamaan
Agama dalam tradisi masyarakat turki mempunyai peranan besar dalam lapangan sosial dan politik masyarakat digolongkan berdasarkan agama, dan kerajaan sendiri sangat terikat dengan syariat sehingga fatwa ulama menjadi hukum yang berlaku.
Pada masa turki usmani tarekat juga mengalami kemajuan. Tarekat yang paling berkembang adalah bektasyi dan maulawi yang banyak dianut oleh kalangan sipil dan militer. Namun disisi lain, Kajian ilmu keagamaan pun seperti Fiqh, Ilmu kalam, Tafsir, dan hadis boleh dikatakan tidak mengalami perkembangan karena para penguasa lebih cenderung untuk menegakkan satu faham (madzhab) keagamaan dan menekakan madzhab lainnya.
4. Bidang Ekonomi dan Keuangan Negara
Karena Turki mengusai beberapa kota pelabuhan utama, seperti pelabuhan-pelabuhan sepanjang laut tengah (Afrika Utara), pelabuhan laut merah, teluk Persia, pelabuhan di Siria (pantai Libanon sekarang), pantai Asia Kecil dan yang paling strategis adalah pelabuhan Internasional Konstantinopel yang menjadi penghubung Timur dan Barat waktu itu, maka Turki menjadi penyelenggara perdagangan, pemungut pajak (cukai) pelabuhan yang menjadi sumber keuangan yang besar bagi Turki.
Keberhasilan Turki Usmani dalam memperluas kekuasaan dan penataan politik yang rapi, berimplikasi pada kemajuan social ekonomi Negara, tercatat beberapa kota industri yang ada pada waktu itu, antara lain:
a. Mesir yang memperoleh produksi kain sutra dan katun.
b. Anatoli memproduksi bahan tekstil dan wilayah pertanian yang subur. Kota Anatoli merupakan kota perdagangan yang penting di rute Timur dalam perindustrian dalam hasil industri dan pertanian di Istambul, polandia dan Rusia. Para pedagang dari dalam maupun dari luar negeri berdatangan sehingga wilayah Turki menjadi pusat perdagangan dunia pada saat itu.
Selain dari sumber perdagangan, Turki Usmani memiliki sumber keuangan Negara yang sangat besar, yaitu dari harta rampasan perang, dari upeti tanda penaklukkan Negara-negara yang ditundukkan serta dari orang-orang zhimmi.
D. Kemunduran/Kerutuhan Usmani (Turki)
Fase kemunduran Turki Usami berjalan secara perlahan semenjak kematian sulaiman I al-Qanuni, hingga Usmani masih mampu bertahan selama lebih kurang tiga abad.Fasec kemunduran ini ditandai dengan melemahnya semangat perjuangan prajurit Usmani yang menyebabkan sejumlah kekalahan dalam menghadapi sejumlah peperangan.Ekonomi semakin memburuk dan sistem pemerintahan tidak berjalan semetinya.
Pada masa pemerintahan salim II, pasukan laut Usmani menderita kekalahan dari serangan pasukan gabungan arnada Spayol, Bandulia, armada Sri Paus dan sebagaian armada armada pendeta Malta yang dipimpin oleh Don Juan dari Spanyol. Pada tahun 1663 pasukan Usmani menderita kekalaha dalam penyerbuan Hungaria.Demikian jujga pada tahun 1676 Turki Usmani kalah lagi dalam pertempuran di Mohakez, Hungaria. Turki Usmani dipaksa medatangani perjanjian Karlowitz pada tahun 1699 yang berisi pernyataan peyerahan seluruh wilayah Hungaria, sebagai besar Slovenia, dan Croasia kepada Hubsburg, dan penyerahan Hermeniet, Padolia, Ukranea, Morea dan sebagai Dalmatia kepada penguasa Venetia. Pada tahun 1770 pasukan Rusia mengalahkan armada Usmani di sepamjang pantai Asia Kecil, namun kemenangan Rusia ini dapat direbut kembali oleh sultan Musthafa III. Pada tahun 1774 penguasa Usmanni, Abdul Hamid, terpaksa mendatangani sebuah perjanjian dengan Rusia yang berisi pengakuan kemerdekaan atas Crimea, dan penyerahan benteng-benteng pertahanan di laut hitam kepada Rusia serta pemberian izin bagi armada Rusia melintasi selat antara laut hitam dan laut putih.
Sementara itu wilayah-wilayah kekuasaan Usmani di timur dimulai meyadari kemunduran Usmani. Sebagai timur mulaimelancarkan pemberotakan dalam rangka untuk melepaskan diri dari kekuasaan Usmani. Di Mesir Yenisary bersekuru dengan Mamalik melancarkan pemberontakan, dan sejak tahun 1772 Mamalik berhasil menguasai Mesir ningga datangnya Napoleon pada tahun 1789. Di syria dan Libanon juga terjadi pemberotakan yang digerakan oleh pimpinan Gruz, Fahruddin. Ia bergabung dengan gerakan kurdi dan janbulat. Namun usaha fahruddin ini menemui kegagalan. Di Arabia timbullah gerakan pemurania oleh Muhammad Ibn Abdul Wahab, seorang pimpinan dataran tinggi Najd, Arabia Tengah. Gerakan ini bergabung dengan kekuatan Ibn Sa’ud dan berhasil memperluas wilayah kekuasaan di sekitar jazirah Arabia pada abad kedelapan belas.
Bayak sekali faktor yang turut menyongkong kemunduran Turki. Di antaranya adalah sebagaimana tersebut berikut ini.
1. Luasnya Wilayah Kekuasaan Usmani. Tampaknya penguasa Turki hanya menuruti ambisi penaklukan, sementara penataan sistem dan tata pemerintahan terabaikan.Perluasan wilayah yang begitu cepat yang terjadi pada kerajaan Usmani, menyebabkan pemerintahan merasa kesulitan dalam melakukan administrasi pemerintahan, terutama pasca pemerintahan Sultan Sulaiman. Sehingga administrasi pemerintahan kerajaan Usmani tidak beres. Tampaknya penguasa Turki Usmani hanya mengadakan ekspansi, tanpa mengabaikan penataan sistem pemerintahan. Hal ini menyebabkan wilayah-wilayah yang jauh dari pusat mudah direbut oleh musuh dan sebagian berusaha melepaskan diri.
2. Pemberontakan Yennisary. Pada masa belakangan Yennisaary tidak lagi menerapkan prinsip seleksi dan prestasi, namun keberadaannya telah didominasi oleh turunan dan golongan tertentu.Sebagai kerajaan besar, yang merupakan hasil ekspansi dari berbagai kerajaan, mencakup Asia kecil, Armenia, Irak, Siria dan negara lain, maka di kerajaan Turki terjadi heterogenitas penduduk. Dari banyaknya dan beragamnya penduduk, maka jelaslah administrasi yang dibutuhkan juga harus memadai dan bisa memenuhi kebutuhan hidup mereka. Akan tetapi kerajaan Usmani pasca Sulaiman tidak memiliki administrasi pemerintahan yang bagus di tambah lagi dengan pemimpinpemimpin yang berkuasa sangat lemah dan mempunyai perangai yang jelek.
3. Penguasa Yang Tidak Cakap. Generasi penguasa Usmani sesudah Sulaiman al-Qanuni cenderung lemah semangat perjuangannya. Mereka terlibat pembunuhan demi ambisi jabatan.Setelah sultan Sulaiman wafat, maka terjadilah pergantian penguasa. Penguasa-penguasa tersebut memiliki kepribadian dan kepemimpinan yang lemah akibatnya pemerintahan menjadi kacau dan susah teratasi.
4. Merosotnya Perekonomiannya Negara Akaibat Peperangan. di mana sebagaian peperangan tersebut ppihak Turki mengalami kekalahan. Terlepasanya wilayah-wilayah kekuasaan Usmani juga menimbulkan kemerosotan pendapatan negara.Akibat peperangan yang terjadi secara terus menerus maka biaya pun semakin membengkak, sementara belanja negara pun sangat besar, sehingga perekonomian kerajaan Turki pun merosot.
5. Stagnasi Bidang Ilmu Dan Tegnologi.Kemajuan militer Turki Usmani yang tidak diimbangi dengan dan tegnologi. Sementara itu pihak Eropa berhasil mengembangkan teknologi persenjataan. Maka ketika terjadi kontak senjata, pihak Usmani berkali-kali menderita kekalahan.
6. Tumbuhnya Gerakan Nasianalisme. Kekkasaan Turki atas sejumlah wilayah yang didukunginya bermula dari gefrakan penyerbuan dan penaklukan. Sekalipun penguasa Turki telah berbuat sebaik mungkin terhadap masyarakat yang dikuasainya, namun kehadiran penguasa Usmani tetap saja dipandang sebagai pihak asing pandangan ini akhirnya menimbulkan kesadaran kebangsaan yang melatarbelakangi sejumlah pemberontakan dan peperangan untuk melepaskan diri dari kuasaan Turki Usmani.
Kurang Berkembangnya Ilmu Pengetahuan. Ilmu dan Teknologi selalu berjalan beriringan sehingga keduanya sangat dibutuhkan dalam kehidupan. Keraajan usmani kurang berhasil dalam pengembagan Ilmu dan Teknologi ini karena hanya mengutamakan pengembangan militernya. Kemajuan militer yang tidak diimbangi dengan kemajuan ilmu dan teknologi menyebabkan kerajaan Usmani tidak sanggup menghadapi persenjataan musuh dari Eropa yang lebih maju.
A. Pendirian
Bangsa turki tercatat dalam sejarah islam dengan keberhasilannya mendirikan dua dinasti: dinasti Turki Saljuk dan dinasti Turki Udami. Saljuk berasal dari persatuan kabilah-kabilah dalam rumus Ghus.Mereka tinggal ditukistan di bawah kekuasaan raja Bighu. Karena wilayah mereka bertetangga dengfan dinasti Samani dan Ghaznawi, akhirnya keturunan Turki ini memeluk islam. Rumpun ini oleh Saljung lbn Tuqaq dipersatukan dengan salajiqah yang pada akhirnya berhasil mendirikan dinasti islam Salajiqah selama kurang lebih 250 tahun (1055-1300 M).
Kehancuran danasti Turki saljuk oleh serangan pasukan Mongol merupakan saat pembentukan dinasti Turki Usami. Silsilah Turki Usami berpangkal pada sebuah suku kecil, yakni kabilah Ughu. Semula mereka tingal di sebelah utara negara Cina. Karena tekanan-tekanan dari bangsa Mogol, dengan dipimpin oleh Sulaman Syah mereka berpindah tempat kearah barat hinga mereka bergabung dengan saudara seketurunan, yakni orang Turki Saljug, di Asia Kecil.
Di bawah pimpinan Ertogrul (w. 1280 M) mereka mengabdikan diri kepada Sultan Saljuq, Allauddin, yang sedang berperan melawan Bizantine. Atas kehebatan Ertogrul dan dukungan penuh dari anak buahnya, pasukan Saljuq mendapat kemenangan melawan Bizantine. Sebagai hadiahnya, sang sultan berkenan memberikan sebidang wilayah diperbatasan Bizantine kepada Ertogrul, serta memberinya wewenang untuk mengadakan eksepansi.
Sepeninggal Ertogrul digantikan oleh putranya yang bernama Usmanyang menjadi pimpinan kelompok Turki ini antara tahun 1281-1324 M. serangan Mongol terhadap Saljuk yang terjadi pada tahun 1300 menjadikan dinasti ini terpecah-pecah menjadi sejumlah kerajan kecil. Dalam kondisi kehancuran saljuq inilah, Usman mengklaim kemerdekan secara penuh atas wilayang yang didudukinya, sekaligus memproklamirkan berdirinya kerajaan Turki Usmani. Kekuatan militer Usami menjadi benteng pertahanan sultan dinasti-dinasti kecil dari ancaman bahaya serangan Mongol. Dengan demikian secara tidak langsung mereka mengakui Usman sebagai penguasa tertinggi dengan bergelar”Padinsyah Ali Usman”.
B. Perkembangan Politik
1. Sosial Politik dan Administrasi Negara
Kemajuan dan perkembangan ekspansi kerajaan Usmani berlangsung dengan cepat, hal ini diikuti pula oleh kemajuan dalam bidang politik, terutama dalam hal mempertahankan eksistensinya sebagai negara besar. Hal ini berkaitan erat dengan sistem pemerintahan yang diterapkan para pemimpin Dinasti ini. Selain itu, tradisi yang berlalu saat itu telah membentuk stratifikasi yang membedakan secara menyolok antara kelompok penguasa (small group of rulers) dan rakyat biasa (large mass). Penguasa yang begitu kuat itu bahkan memiliki keistimewaan:
a. Pengakuan dari bawahan untuk loyal pada Sultan dan negara.
b. Penerimaan dan pengamalan, serta sistem berfikir dalam bertindak dalam agama yang dianut merupakan kerangka yang integral.
c. Pengetahuan dan amalan tentang sistem adat yang rumit. Yang terpenting adalah bahwa para pejabat dalam hal apapun tetap sebagai budak Sultan. Tugas utama seluruh warga negara, baik pejabat maupun rakyat biasa adalah mengabdi untuk keunggulan Islam, melaksanakan hukum serta mempertahankan keutuhan imperium.
Sebagai struktur masyarakatnya sangat heterogen, Dinasti Usmani mempunyai kekuasaan yang menentukan nasib warga Timur Tengah dan Balkan, sampai pada tingkat yang luar biasa.Dinasti Usmani tersebut mendominasi, mengendalikan dan membentuk masyarakat yang dikuasainya. Salah satu konsep utama yang diterapkan oleh Usmani adalah perbedan antara askeri dan ri’aya, yakni antara kalangan elit penguasa dan yang dikuasai, elit pemerintah dan warga Negara, antara tentara dan pedagang, antar petugas pemungut pajak dan pembayar pajak. Bahkan, untuk menjadi kelas penguasa seseorang harus dididik dalam kebahasaan dan tata cara yang khusus yang disebut dengan tata cara Usman. Seseorang dapat menjadi elit Usmani melalui keturunan atau melalui pendidikan sekolah-sekolah kerajaan, kemiliteran atau pendidikan sekolah keagamaan.
2. Bidang Militer
Kerajaan Turki Usmani telah mampu menciptakan pasukan militer yang mampu mengubah Negara Turki menjadi Mesin perang yang paling tangguh dan memberikan dorongan yang amat besar dalam penaklukan negeri-negeri non Muslim. Bangsa-bangsa non Turki dimasukkan sebagai anggota, bahkan anak-anak Kristen di asramakan dan dibimbing dalam suasana Islam untuk dijadikan prajurit.
Ketika terjadi kekisruan ditubuh militer, maka Orkhan mengadakan perombakan dan pembaharuan, yang dimulai dari pemimpin-pemimpin personil militer. Program ini ternyata berhasil dengan terbentuknya kelompok militer baru yang disebut dengan pasukan Janissari atau Inkisyariyah. Pasukan inilah yang dapat mengubah Negara Usmani menjadi mesin perang yang paling kuat dan memberikan dorongan kuat dalam penaklukan negeri Non Muslim.Selain itu, ada juga ada juga tentara feodal yang dikirim kepada pemerintah pusat, pasukan ini disebut tentara atau kelompok militer Thaujiah.
Keberhasilan ekspansi wilayah dibarengi dengan terciptanya jaringan pemerintah yang teratur. Di masa Sulaiman I, disusunlah sebuah kitab undang-undang (qonun) yang diberi namaMultaqa al-Abhur. Kitab ini menjadi pegangan hukum bagi kerajaan Turki Usmani sampai datangnya reformasi abad ke-19.
Pengelolaan administrasi pemerintah tidaak hanya terbatas sampai ketingkat propinsi, tetapi selanjutnya diefektifkan dengan membentuk daerah-daerah tingkat II yang dikepalai masing-masing seorang kepala daerah (sanjaks). Di tingkat pusat, di samping ada sultan ada grand vizier (perdana menteri) yang dibantu oleh beberapa pembantu,diantaranya oleh para ulama yang berfungsi sebagai lembaga pemberi fatwa atau dewan pertimbangan.
Sebuah administrasi birokratik sangat diperlukan dalam pengkajian militer budak.Orkhan (1324-1360) melantik seorang wazir untuk menangani administrasi dan kemiliteran pusat dan mengangkat sejumlah gubernur sipil untuk sejumlah propinsi yang ditaklukkan.Kepala-kepala jabatan disatukan dalam sebuah dewan kerajaan.Lantaran Dinasti Usmani semakin meluas, beberapa propinsi yang semula merupakan daerah jajahan yang harus menyerahkan upeti digabungkan menjadi sebuah sistem administrasi.Unit propensial yang terbesar, yang dinamakan baylerbayliks, dibagi menjadi sanjak-bayliks dan selanjutnya dibagi-bagi menjadi timarliks yang distrik tersebut diserahkan kepada pejabat-pejabat militer sebagai pengganti gaji mereka. Pada abad ke-16, term vali telah menggantikan baylerbayliks dengan pengertian seorang gubernur, dan term eyelet digunakan dengan arti propisi di Eropa, yakni Rumania dan Transilvania, Crimea, dan beberapa distrik di Anotalia yang berada dalam pengawasan masyarakat Kurdi dan Turki tetap berlangsung sebagai propinsi semi mereka yang wajib menyerahkan upeti.
C. Kemajuan Peradaban
1. Kemajuan Peradaban Islam Pada Masa Kerajaan Usmani
Dengan jatuhnya jazirah Arab, maka imperium Turki Usmani mempunyai wilayah yang luas sekali, terbentang dari Budapest di pinggir sungai Thauna, sampai ke Aswan dekat hulu sungai Nil, dan dari sungai efrat serta pedalaman Iran, sampai Bab el-Mandeb di selatan jazirah Arab.Selama masa kesultanan Turki Usmani (1299-1942 M.) sekitar 625 tahun berkuasa tidak kurang dari 38 Sultan.
Dalam hal ini, Syafiq A. Mughni membagi sejarah kekuasaan Turki Usmani menjadi lima periode, yaitu:
a. Periode pertama (1299-1402), yang dimulai dari berdirinya kerajaan, ekspansi pertama sampai kehancuran sementara oleh serangan timur yaitu dari pemerintahan Usman I sampai pemerintahan Bayazid.
b. Periode kedua (1402-1566), ditandai dengan restorasi kerajaan dan cepatnya pertumbuhan sampai ekspansinya yang terbesar. Dari masa Muhammad I sampai Sulaiman I.
c. Periode ketiga (1566-1699), periode ini ditandai dengan kemampuan Usmani untuk mempertahankan wilayahnya. Sampai lepasnya Honggaria. Namun kemunduran segera terjadi dari masa pemerintahan Salim II sampai Mustafa II.
d. Periode keempat (1699-1838), periode ini ditandai degan berangsur-angsur surutnya kekuatan kerajaan dan pecahnya wilayah yang di tangan para penguasa wilayah, dari masa pemerintahan Ahmad III sampai Mahmud II.
e. Periode kelima (1839-1922) periode ini ditandai dengan kebangkitan cultural dan administrates dari negara di bawah pengaruh ide-ide barat, dari masa pemerintahan Sultan A. Majid I sampai A Majid II.
Persinggungan Islam dengan Turki melalui sejarah panjang, terhitung sejak abad pertama hijriyah hingga suku-suku Turki menjadi penganut dan pembela Islam. Pengaruh Turki dalam dunia Islam semakin terasa pada masa Pemerintahan al-Musta’sim (640-656 H./1242-1258 M.), khalifah terakhir dinasti Abbasiyah. Sejak masa itu bangsa Turki dari berbagai suku senantiasa terlibat dalam jatuhbangunnya berbagai dinasti di daerah mana mereka bertempat tinggal dan mengabdi.
2. Perluasan Wilayah
Setelah Usman mengumumkan dirinya sebagai Padisyah al-Usman (raja besar keluarga Usman), pada tahun 1300 M. dia memulai memperluas wilayahnya. Perluasan wilayah (ekspansi) para Sultan Usmani menjadi model. Hal ini berlangsung paling tidak sampai dengan masa Pemerintahan Sulaiman I. untuk mendukung hal itu, Orkhan membentuk pasukan tangguh yang dikenal dengan Inkisyariyyah. Pasukan Inkisyariyah adalah tentara utama Dinasti Usmani yang terdiri dari bangsa Georgia dan Armenia yang baru masuk Islam. Ternyata, dengan pasukan tersebut seolah-olah Dinasti Usmani memiliki mesin perang yang paling kuat dan memberikan dorongan yang besar sekali bagi penaklukan negeri-negeri non Muslim. Maka pada masa orkhan I kerajaan Turki Usmani dapat ditaklukkan Azmir (Asia kecil), tahun 1327, Thawasyani (1330), Uskandar (1338), Ankara (1354), dan Gholipolli (1356). Daerah-derah ini adalah bagian dunia eropa yang pertama kali dapat dikuasai kerajaan Usmani.
Ekspansi yang lebih besar terjadi pada masa Murad I. di masa ini berhasil ditaklukan wilayah Balkan, Adrianopel (sekarang bernama Edirne, Turki), Macedonia, Sofia (ibukota Bulgaria) dan seluruh wilayah Yunani. Melihat kemenangan yang diraih oleh Murad I, kerajaan-kerajaan Kristen di Balkan dan Eropa timur menjadi Murka. Mereka lalu menyusun kekuatan yang terdiri atas Hongaria, Bulgaria Serbia dan Walacia (Rumania), untuk menggempur Dinasti Usmani. Meskipun Murad I tewas dalam pertempuran tersebut, kemenangan tetap dipihak Dinasti Usmani. Ekspansi berkutnya dilanjutkan oleh putranya, Bayazid I.
Sultan Bayazid naik tahta tahun 1389 M. dengan mendapat gelar Yaldirin atau Yaldrum yang berarti kilat, karena terkenal dengan serangan-serangannya yang cepat terhadap lawan-lawannya. Perluasan wilayah terus berlanjut dan dapat menguasai Salocia dan Morea.Bayazid juga memperoleh kemenangan dalam perang salib di Nicapolas (1394.
Ketika Sultan Bayazid sedang memusatkan perhatiannya untuk menghadapi musuh-musuhnya di Eropa. Ia ditantang oleh Musuh sesama Muslim Yang datang dari Timur Lenk. Seorang raja keturunan bangsa Mongol yang telah memeluk Islam dan berpusat di Samarkhand. Timur Lank mendapat dukungan dari negeri-negeri di Asia kecil yang tak mau tunduk kepada Bayazid. Akhirnya terjadi pertempuran hebat di Ankara tahun 1402 M. Bayazid dengan kedua putranya, Musa dan Ergthogrol dikalahkan dan di tawan oleh Timur tahun 1402. kekalahan ini membawa akibat buruk bagi Turki Usmani. Penguasa-penguasa di Asia kecil melepaskan diri dari pemerintahan Usmani. Wilayah Serbia dan Bulgaria memproklemirkan kemerdekaannya.
Puncak ekspansi terjadi pada masa Sultan Muhammad II yang dikenal dengan gelar al-Fatih (sang penakluk). Pada masanya dilakukan ekspansi kekuasaan Islam secara besar-besaran. Kota penting yang berhasil ditaklukannya adalah Constantinopel (kota kerajaan Romawi Timur) yang ditaklukkan pada tahun 1453. setelah ditaklukkan, kota tersebut diubah namanya menjadi Istambul (tahta Islam). Kejatuhan Constantinopel ke tangan Dinasti Usmani memudahkan tentara Usmani menaklukkan wilayah lainnya., seperi Serbia, Albania dan Hongaria.
Sultan Muhammad meninggal pada tahun 1481 M. dan digantikan oleh putranya Bayazid II. Berbeda dengan ayahnya, Sultan Bayazid II lebih mementingkan kehidupan tasawuf dari pada penaklukkan wilayah dan perang. Hal ini menimbulkan perselisihan yang panjang dan pada akhirnya Sultan Bayazid II mengundurkan diri dari kursi kesultanan pada tahun 1512 M. dan digantikan oleh putranya Salim I. pada masa Sultan Salim I, pemerintahan Usmani bertambah luas hingga menembus Afrika utara, Syiria dapat ditaklukkan dan Mesir yang diperintah oleh kaum Mamalik ditundukkan pada tahun 1517 M. dan pada masa inilah para Sultan Usmani menyandang gelar khalifah.
Menurut Ahmad Syalabi, Sultan Salim I pernah meminta kepada khalifah Abbasiyah di Mesir agar menyerahkan kekhalifahan kepadanya, ketika ia menaklukkan Dinasti mamalik. Pendapat lain menyebutkan bahwa gelar “khalifah” sebenarnya sudah digunakan oleh Sultan Murad (1359-1389 M.) setelah ia berhasil menaklukkan Asia kecil dan Eropa. Dari dua pendapat ini, Ahmad Syalabi berkesimpulan, para Sultan kerajaan Usmani memang tidak perlu menunggu khalifah Abbasiyah menyerahkan gelar itu, karena jauh sebelum masa kerajaan Usmani sudah ada tiga khalifah dalam satu masa.[14] Pada abad ke 10 M., para penguasa Dinasti Fatimiyah di Mesir sudah memakai gelar khalifah. Tidak lama setelah itu, Abd al-Rahman al-Nashir di Spanyol menyatakan diri sebagai khalifah melanjutkan Dinasti bani Umayyah di Damaskus, bahkan ia mencela para pendahulunya yang berkuasa di Spanyol yang meras cukup dengan gelar “Amir” saja. Karena itu ada kemungkinan para penguasa Usmani memang sudah menggunakan gelar khalifah jauh sebelum mereka dapat menaklukkan Dinasti mamalik, tempat pusat pemerintahan para khalifah Abbasiyah.
Dengan adanya berbagai ekspansi, menyebabkan ibukota Dinasti Usmani berpindah-pindah. Sebagai contoh, sebelum Usman I memimpin Dinasti Usmani, ia mengambil kota Sogud sebagai ibukotanya. Kemudian setelah penguasa Dinasti Usmani dapat menaklukkan Broessa pada tahun 1317, maka pada tahun 1326 Broessa dijadikan ibukota pemerintahan. Hal ini berlangsung sampai pemerintahan Murad I. ternyata, di masa Murad I kota Adrianopel yang ditaklukkannya itu dijadikan sebagai ibukota pemerintahan. Sampai ditaklukkanya Constantinopel oleh Muhammad II, yang kemudian diganti namanya menjadi Istambul sebagai ibukota pemerintahan yang terakhir.
Ada Lima faktor yang menyebabkan kesuksesan Dinasti Usmani dalam perluasan wilayah Islam.
a. Kemampuan orang-orang Turki dalam strategi perang terkombinasi dengan cita-cita memperoleh ghanimah (harta rampasan perang).
b. Sifat dan karakter orang Turki yang selalu ingin maju dan tidak pernah diam serta gaya hidupnya yang sederhana, sehingga memudahkan untuk tujuan penyerangan.
c. Semangat jihad dan ingin mengembangkan Islam.
d. Letak Istambul yang sangat strategis sebagai ibukota kerajaan juga sangat menunjang kesuksesan perluasan wilayah ke Eropa dan Asia. Istambul terletak antara dua benua dan dua selat (selat Bosphaoras dan selat Dardanala), dan pernah menjadi pusat kebudayaan dunia, baik kebudayaan Macedonia, kebudayaan Yunani maupun kebudayaan Romawi Timur.
e. Kondisi kerajaan-kerajaan di sekitarnya yang kacau memudahkan Dinasti Usmani mengalahkannya.
Akibat kegigihan dan ketangguhan yang dimiliki oleh para pemimpin dalam mempertahankan Turki Usmani membawa dampak yang baik sehingga kemajuan-kemajuan dalam perkembangan wilayah Turki Usmani dapat di raihnya dengan cepat. Kemajuan dan perkembangan ekspansi kerajaan usmani yang demikian luas dan berlangsung dengan cepat, itu diikuti pula oleh kemajuan dalam bidang kemajuan lain. Diantaranya:
1. Bidang Kemiliteran dan Pemerintahan.
Para pemimpin kerajaan Usmani pada masa-masa pertama adalah orang orang yang kuat sehingga kerajaan dapat melakukan ekspansi dengan cepat dan luas. Meskipun begitu kemajuan kerajaan usmani mencapai masa keemasannya bukan semata-mata karena keunggulan politik para pemimpinnya, namun banyak faktor lain yang mendukung keberhasilan ekspansi itu diantaranya: keberanian, keterampilan, ketangguhan, dan kekuatan militernya yang sanggup bertempur kapan dan dimana saja.
Perang dengan Bizantium merupakan awal didirikannya pusat pendidikan dan militer ,terbentuklah kesatuan militer yang disebut dengan Jenissari atau Inkisyariah. Selain itu kerajaan Usmani membuat struktur pemerintahan dengan kekuasaan tertinggi di tangan Sultan yang dibantu oleh Perdana Menteri yang membawahi Gubernur. Untuk mengatur urusan pemerintahan negara, di masa Sultan Sulaiman I disusun sebuah kitab UU (Qanun) yang diberi nama Multaqa Al-Abghur yang menjadi pegangan hukum bagi kerajaan Turki Usmani sampai datangnya reformasi pada abad 19.
2. Bidang Ilmu Pengetahuan dan Budaya
Dalam bidang pendidikan, Dinasti Usmani mengantarkan pada pengorganisasian sebuah sistem pendidikan madrasah yang tersebar luas. Madrasah Usmani pertama didirikan di Izmir pada tahun 1331, ketika itu sejumlah ulama di datangkan dari Iran dan Mesir untuk mengembangkan pengajaran Muslim dibeberapa toritorial baru. Tapi hal ini tidak begitu berkembang, karena Turki Usmani lebih memfokuskan kegiatan mereka dalam bidang kemiliteran, sehingga dalam khazanah Intelektual Islam kita tidak menjumpai ilmuan terkemuka dari Turki Usmani.
Dalam bidang ilmu pengetahuan, memang kerajaan Turki Usmani tidak menghasilkan karya-karya dan penelitian-penelitian ilmiah seperti di masa Daulah Abbasiyah. Kajian-kajian ilmu keagamaan, seperti fiqh, ilmu kalam, tafsir dan hadis boleh dikatakan tidak mengalami perkembangan yang berarti. Ulama hanya suka menulis buku dalam bentuk syarah (penjelasan), dan hasyiyah (catatan pinggir) terhadap karya-karya klasik yang telah ada. Namun dalam bidang seni arsitektur, Turki Usmani banyak meninggalkan karya-karya agung berupa bangunan yang indah, seperti Mesjid Jami’ Muhammad al-Fatih, mesjid agung Sulaiman dan Mesjid Abu Ayyub al-Anshary dan mesjid yang dulu asalnya dari gereja Aya Sophia. Mesjid tersebut dihiasi dengan kaligrafi oleh Musa Azam. Pada masa Sulaiman di kota-kota besar lainnya banyak dibangun mesjid, sekolah rumah sakit, gedung, makam, jembatan, saluran air, villa, dan pemandian umum.
3. Bidang Keagamaan
Agama dalam tradisi masyarakat turki mempunyai peranan besar dalam lapangan sosial dan politik masyarakat digolongkan berdasarkan agama, dan kerajaan sendiri sangat terikat dengan syariat sehingga fatwa ulama menjadi hukum yang berlaku.
Pada masa turki usmani tarekat juga mengalami kemajuan. Tarekat yang paling berkembang adalah bektasyi dan maulawi yang banyak dianut oleh kalangan sipil dan militer. Namun disisi lain, Kajian ilmu keagamaan pun seperti Fiqh, Ilmu kalam, Tafsir, dan hadis boleh dikatakan tidak mengalami perkembangan karena para penguasa lebih cenderung untuk menegakkan satu faham (madzhab) keagamaan dan menekakan madzhab lainnya.
4. Bidang Ekonomi dan Keuangan Negara
Karena Turki mengusai beberapa kota pelabuhan utama, seperti pelabuhan-pelabuhan sepanjang laut tengah (Afrika Utara), pelabuhan laut merah, teluk Persia, pelabuhan di Siria (pantai Libanon sekarang), pantai Asia Kecil dan yang paling strategis adalah pelabuhan Internasional Konstantinopel yang menjadi penghubung Timur dan Barat waktu itu, maka Turki menjadi penyelenggara perdagangan, pemungut pajak (cukai) pelabuhan yang menjadi sumber keuangan yang besar bagi Turki.
Keberhasilan Turki Usmani dalam memperluas kekuasaan dan penataan politik yang rapi, berimplikasi pada kemajuan social ekonomi Negara, tercatat beberapa kota industri yang ada pada waktu itu, antara lain:
a. Mesir yang memperoleh produksi kain sutra dan katun.
b. Anatoli memproduksi bahan tekstil dan wilayah pertanian yang subur. Kota Anatoli merupakan kota perdagangan yang penting di rute Timur dalam perindustrian dalam hasil industri dan pertanian di Istambul, polandia dan Rusia. Para pedagang dari dalam maupun dari luar negeri berdatangan sehingga wilayah Turki menjadi pusat perdagangan dunia pada saat itu.
Selain dari sumber perdagangan, Turki Usmani memiliki sumber keuangan Negara yang sangat besar, yaitu dari harta rampasan perang, dari upeti tanda penaklukkan Negara-negara yang ditundukkan serta dari orang-orang zhimmi.
D. Kemunduran/Kerutuhan Usmani (Turki)
Fase kemunduran Turki Usami berjalan secara perlahan semenjak kematian sulaiman I al-Qanuni, hingga Usmani masih mampu bertahan selama lebih kurang tiga abad.Fasec kemunduran ini ditandai dengan melemahnya semangat perjuangan prajurit Usmani yang menyebabkan sejumlah kekalahan dalam menghadapi sejumlah peperangan.Ekonomi semakin memburuk dan sistem pemerintahan tidak berjalan semetinya.
Pada masa pemerintahan salim II, pasukan laut Usmani menderita kekalahan dari serangan pasukan gabungan arnada Spayol, Bandulia, armada Sri Paus dan sebagaian armada armada pendeta Malta yang dipimpin oleh Don Juan dari Spanyol. Pada tahun 1663 pasukan Usmani menderita kekalaha dalam penyerbuan Hungaria.Demikian jujga pada tahun 1676 Turki Usmani kalah lagi dalam pertempuran di Mohakez, Hungaria. Turki Usmani dipaksa medatangani perjanjian Karlowitz pada tahun 1699 yang berisi pernyataan peyerahan seluruh wilayah Hungaria, sebagai besar Slovenia, dan Croasia kepada Hubsburg, dan penyerahan Hermeniet, Padolia, Ukranea, Morea dan sebagai Dalmatia kepada penguasa Venetia. Pada tahun 1770 pasukan Rusia mengalahkan armada Usmani di sepamjang pantai Asia Kecil, namun kemenangan Rusia ini dapat direbut kembali oleh sultan Musthafa III. Pada tahun 1774 penguasa Usmanni, Abdul Hamid, terpaksa mendatangani sebuah perjanjian dengan Rusia yang berisi pengakuan kemerdekaan atas Crimea, dan penyerahan benteng-benteng pertahanan di laut hitam kepada Rusia serta pemberian izin bagi armada Rusia melintasi selat antara laut hitam dan laut putih.
Sementara itu wilayah-wilayah kekuasaan Usmani di timur dimulai meyadari kemunduran Usmani. Sebagai timur mulaimelancarkan pemberotakan dalam rangka untuk melepaskan diri dari kekuasaan Usmani. Di Mesir Yenisary bersekuru dengan Mamalik melancarkan pemberontakan, dan sejak tahun 1772 Mamalik berhasil menguasai Mesir ningga datangnya Napoleon pada tahun 1789. Di syria dan Libanon juga terjadi pemberotakan yang digerakan oleh pimpinan Gruz, Fahruddin. Ia bergabung dengan gerakan kurdi dan janbulat. Namun usaha fahruddin ini menemui kegagalan. Di Arabia timbullah gerakan pemurania oleh Muhammad Ibn Abdul Wahab, seorang pimpinan dataran tinggi Najd, Arabia Tengah. Gerakan ini bergabung dengan kekuatan Ibn Sa’ud dan berhasil memperluas wilayah kekuasaan di sekitar jazirah Arabia pada abad kedelapan belas.
Bayak sekali faktor yang turut menyongkong kemunduran Turki. Di antaranya adalah sebagaimana tersebut berikut ini.
1. Luasnya Wilayah Kekuasaan Usmani. Tampaknya penguasa Turki hanya menuruti ambisi penaklukan, sementara penataan sistem dan tata pemerintahan terabaikan.Perluasan wilayah yang begitu cepat yang terjadi pada kerajaan Usmani, menyebabkan pemerintahan merasa kesulitan dalam melakukan administrasi pemerintahan, terutama pasca pemerintahan Sultan Sulaiman. Sehingga administrasi pemerintahan kerajaan Usmani tidak beres. Tampaknya penguasa Turki Usmani hanya mengadakan ekspansi, tanpa mengabaikan penataan sistem pemerintahan. Hal ini menyebabkan wilayah-wilayah yang jauh dari pusat mudah direbut oleh musuh dan sebagian berusaha melepaskan diri.
2. Pemberontakan Yennisary. Pada masa belakangan Yennisaary tidak lagi menerapkan prinsip seleksi dan prestasi, namun keberadaannya telah didominasi oleh turunan dan golongan tertentu.Sebagai kerajaan besar, yang merupakan hasil ekspansi dari berbagai kerajaan, mencakup Asia kecil, Armenia, Irak, Siria dan negara lain, maka di kerajaan Turki terjadi heterogenitas penduduk. Dari banyaknya dan beragamnya penduduk, maka jelaslah administrasi yang dibutuhkan juga harus memadai dan bisa memenuhi kebutuhan hidup mereka. Akan tetapi kerajaan Usmani pasca Sulaiman tidak memiliki administrasi pemerintahan yang bagus di tambah lagi dengan pemimpinpemimpin yang berkuasa sangat lemah dan mempunyai perangai yang jelek.
3. Penguasa Yang Tidak Cakap. Generasi penguasa Usmani sesudah Sulaiman al-Qanuni cenderung lemah semangat perjuangannya. Mereka terlibat pembunuhan demi ambisi jabatan.Setelah sultan Sulaiman wafat, maka terjadilah pergantian penguasa. Penguasa-penguasa tersebut memiliki kepribadian dan kepemimpinan yang lemah akibatnya pemerintahan menjadi kacau dan susah teratasi.
4. Merosotnya Perekonomiannya Negara Akaibat Peperangan. di mana sebagaian peperangan tersebut ppihak Turki mengalami kekalahan. Terlepasanya wilayah-wilayah kekuasaan Usmani juga menimbulkan kemerosotan pendapatan negara.Akibat peperangan yang terjadi secara terus menerus maka biaya pun semakin membengkak, sementara belanja negara pun sangat besar, sehingga perekonomian kerajaan Turki pun merosot.
5. Stagnasi Bidang Ilmu Dan Tegnologi.Kemajuan militer Turki Usmani yang tidak diimbangi dengan dan tegnologi. Sementara itu pihak Eropa berhasil mengembangkan teknologi persenjataan. Maka ketika terjadi kontak senjata, pihak Usmani berkali-kali menderita kekalahan.
6. Tumbuhnya Gerakan Nasianalisme. Kekkasaan Turki atas sejumlah wilayah yang didukunginya bermula dari gefrakan penyerbuan dan penaklukan. Sekalipun penguasa Turki telah berbuat sebaik mungkin terhadap masyarakat yang dikuasainya, namun kehadiran penguasa Usmani tetap saja dipandang sebagai pihak asing pandangan ini akhirnya menimbulkan kesadaran kebangsaan yang melatarbelakangi sejumlah pemberontakan dan peperangan untuk melepaskan diri dari kuasaan Turki Usmani.
Kurang Berkembangnya Ilmu Pengetahuan. Ilmu dan Teknologi selalu berjalan beriringan sehingga keduanya sangat dibutuhkan dalam kehidupan. Keraajan usmani kurang berhasil dalam pengembagan Ilmu dan Teknologi ini karena hanya mengutamakan pengembangan militernya. Kemajuan militer yang tidak diimbangi dengan kemajuan ilmu dan teknologi menyebabkan kerajaan Usmani tidak sanggup menghadapi persenjataan musuh dari Eropa yang lebih maju.